tag:blogger.com,1999:blog-35532884679041768252024-03-14T09:23:26.597+07:00dekade80bernostalgia dengan peristiwa, trend, fenomena dan kisah di tahun 80-anjoehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.comBlogger72125tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-14707056668497587982013-07-03T13:01:00.000+07:002013-07-03T13:09:22.883+07:00Dunia Dalam Berita di TVRI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-c0z-fLYWrxU/UdO_9iTlenI/AAAAAAAAAVE/EBta3qA3KAU/s319/dunia+dalam+berita+tvri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-c0z-fLYWrxU/UdO_9iTlenI/AAAAAAAAAVE/EBta3qA3KAU/s319/dunia+dalam+berita+tvri.jpg" /></a></div>
Dunia Dalam Berita adalah salah satu acara TVRI yang fenomenal di tahun 1980-an, di samping program-program lain seperti <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/10/aneka-ria-safari.html" target="_blank">Aneka Ria Safari</a>, <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/12/berpacu-dalam-melodi.html" target="_blank">Berpacu Dalam Melod</a>i dan lainnya. Ini adalah acara yang mewartakan semua kejadian di seluruh dunia, termasuk olahraga dengan durasi 30 menit, dan tentu saja tanpa iklan. Di menit-menit terakhir juga disajikan perakiran cuaca di beberapa kota besar dunia.<br />
<br />
Program ini pertama kali dimulai pada tahun 1974 dengan judul Berita Dunia TVRI merupakan ide Drs. H. Subrata, M.H yang memulai karir sebagai reporter
sekaligus kameramen sejak tahun 1966 hingga diangkat menjadi
Direktur Televisi pada tahun1980-1983. Ketika televisi swasta mulai bermunculan di Indonesia pemerintah lalu mewajibkan seluruh tv swasta tersebut untuk merelay Dunia Dalam Berita tersebut. Dan ketika pemerintahan <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/05/soeharto-smiling-general.html" target="_blank">Presiden Soeharto</a> jatuh, seiring dengan era reformasi, maka tv swasta tak lagi merelay siaran berita tersebut dan memilih menyiarkan berita dari stasiunnya sendiri.<br />
<br />
Selanjutnya TVRI masih tetap menyiarkan Dunia Dalam Berita meski tanpa di-rellay oleh tv swasta. Namun acara tersebut berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 karena buruknya <i>rating</i> seiring dengan era keterbukaan, sehingga pemirsa lebih mempercayai informasi dari televisi swasta daripada siaran berita dari tv pemerintah, apalagi juga kemudian bermunculan tv swasta yang mengkhususkan pada acara news yang lebih up to date.<br />
<br />
Beberapa pembaca berita yang menghiasi acara tersebut antara lain: Yasir Denhas, Anita Rachman, Yan
Partawidjaja, Inke Maris, Poppy E.J.Tiendas, Max Sopacua, Usi Karundeng,
Dana Iswara, Adolf Posumah, Ria Prihatini Moerdani. Begitu fenomenal acara tersebut bahkan Oetje F Tekol<b> </b> menciptakan lagu dengan judul<b><span style="color: red;"> </span></b><span style="color: #444444;">Dunia Dalam Berita</span><b><span style="color: red;"> </span></b>yang dilantukan oleh <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/04/gito-rollies-burung-kecil-terbanglah.html" target="_blank">Gito Rollies</a> bersama The Rollies. <br />
<br />joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-84913958985890867352013-07-01T20:22:00.001+07:002013-07-01T20:35:45.470+07:00Episode Lagu-Lagu Jenaka<a href="http://3.bp.blogspot.com/-6D7RUFWVO2c/UdGCTkhKZrI/AAAAAAAAAU0/GmWpMuIHXhc/s782/bill_n_brod-0.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-6D7RUFWVO2c/UdGCTkhKZrI/AAAAAAAAAU0/GmWpMuIHXhc/s320/bill_n_brod-0.jpg" width="207" /></a>Pada dekade 80, hingar bingar musik Indonesia selain dipenuhi dengan lagu-lagu cengeng nan mendayu-dayu juga diwarnai dengan lagu-lagu berlirik jenaka. Tidak hanya liriknya, lagu-lagu tersebut juga ringan, gampang dicerna dan kadang agak norak.<br />
<br />
Membicarakan lagu-lagu jenaka tahun 1980-an tak lengkap rasanya tanpa menyinggung Bill n Brod. Kelompok ini dianggotai oleh Arie Wibowo (vokal,gitar), Nyong Anggoman (keyboards), Kenny
Damayanti (vokal), Wawan Konikos (vokal) dan Rully Bachrie (drums). Hits pertama group ini adalah Madu dan Racun yang pada tahun 1985 terjual lebih dari 1 juta keping. Suatu jumlah yang luar biasa pada tahun tersebut.<br />
<br />
Bill n Brod menghasilkan beberapa album antara lain “Madu dan Racun” (1985), ”Singkong dan Keju” (1986), ”Kodokpun Ikut Menyanyi (1987)“ Bibir dan Hati”(1988) dan “Hampa” (1989). Memasuki tahun 90-an, mungkin karena selera musik yang mulai berubah, maka grup ini mulai vakum.<br />
<br />
Tak hanya Bill n Brod, lagu-lagu jenaka juga diramaikan oleh PMR. PMR yang merupakan singkatan dari Penghantar Minum Racun<b> </b>adalah kelompok musik komedi yang beraliran dangdut. Mereka terdiri dari Jhonny Iskandar (vokalis), Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin), Imma Maranaan (bass), Ajie Cetti Bahadur Syah (perkusi), Harri "Muke Kapur"
(mini drum). Selain dikenal karena suka memparodikan lagu-lagu populer saat itu, hitsnya yang fenomenal Judul-Judulan sempat dicekal oleh pemerintah karena lagunya dinilai berbau porno.<br />
<br />
Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (atau OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang popular pada paruh awal dekade 80an. Grup musik ini serin tampil bersama-sama dengan Warkop sering memelesetkan lagu-lagu dangdut popular tahun 1960-an dan 1970-an. OM PSP merupakan pelopor dangdut humor.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Genre" title="Genre"></a><br />
<br />
Tak hanya group atau penyanyi pria saja, para penyanyi wanita juga tak ketinggalan menyemarakkan lagu-lagu jenaka tersebut. Simak pula judul-judul lagu norak dan jenaka yang pernah populer tahun 1980-an seperti Berdiri Bulu Romaku (Hetty Koes Endang), Amit-Amit Jabang Bayi (Ade Putra), Cintaku Sampai ke Ethiopia (Ria Resty Fauzi), Mariam Soto (Jamal Mirdad).joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-10784795644993113812013-06-22T21:21:00.000+07:002013-06-22T21:47:58.817+07:00Rhoma Irama, Si Raja Dangdut<a href="http://3.bp.blogspot.com/-pxkfLqZIMv8/UcW4hvbOfkI/AAAAAAAAAUk/r9SGmpaXmcw/s1600/Rhoma+Irama+Klasik+21.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-pxkfLqZIMv8/UcW4hvbOfkI/AAAAAAAAAUk/r9SGmpaXmcw/s320/Rhoma+Irama+Klasik+21.JPG" width="233" /></a>Dia tidak hanya terkenal di dalam negeri, tapi bahkan musisi luar negeri. Pernah promotor ingin menduetkan Rhoma Irama dengan Rolling Stone. Namun niat itu tidak terlaksana, mengingat posisi Rhoma yang saat itu berseberangan dengan pemerintah.
Rhoma Irama mempunyai kemampuan dalam menghipnotis massa.<br />
<br />
Rhoma Irama juga pernah pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Meski banyak yang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, namun lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.<br />
<br />
Tahun 70-an, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain.<br />
<br />
Rhoma tampil di dunia film, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.<br />
<br />
Rhoma juga terlibat dalam dunia politik. Masa awal Orde Baru, ia menjadi magnet bagi PPP, sehingga menjadi musuh bagi pemerintah Soeharto dan karya-karyanya sempat dicekal, tidak boleh tampil di TVRI. Dan ketika di awal 90-an dia memutuskan untuk hijrah ke Partai Golkar, banyak penggemar yang menyayangkan hal itu.<br />
<br />
Terlahir dengan nama Raden Irama pada 11 Desember 1946, terlepas dari segala kontroversinya, terutama keterlibatannya dengan sejumlah wanita, tapi dia adalah tokoh besar Indonesia.
joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-81090190117629669142009-06-04T09:09:00.004+07:002009-06-05T10:04:56.043+07:00Penataran P4 dan Manusia Pancasilais?Lihatlah mereka yang berada di dalam ruangan itu. Mereka yang duduk rapi, berseragam dan mendengarkan seseorang yang, dia berbicara berapi-api, tentang akhlak dan moral, tentang baik dan buruk, tentang nasionalisme dan setumpuk tebal buku berada di depannya. Sementara orang-orang yang mendengarkan sesekali bertanya, atau membuat catatan kecil tentang sesuatu dan ini itu. Mereka tidak boleh bosan sebab hari masih panjang. Sebab mereka sedang mengikuti Penataran P4.<br /><br />Sampai di akhir pemerintahan Orde Baru, setiap kali penerimaan siswa baru, dari SD sampai perguruan tinggi, apalagi bagi calon pegawai negeri, ada menu wajib yang harus dilalui. Yaitu penataran P4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam TAP MPR No.II/1978. Ada penataran P4 pola 10 jam sampai 100 jam. Jadwalnya ketat, berlangsung selama 15 hari sejak jam 8 pagi hingga 6 petang. Sekali absen, sudah dianggap gugur dan harus mulai dari awal. Lupa tidak membubuhkan tandatangan dalam buku absen pun, meski orangnya hadir, akan mendapat teguran tertulis.<br /><br />Materi penataran ini paling tidak merupakan penyampaian pengetahuan mengenai P4, UUD 45 dan GBHN. Juga kebijakan pemerintahan. Atau keberhasilan pembangunan pemerintahan Orde Baru dan bahaya laten komunisme di Indonesia. Atau sudahkah peserta penataran menghafalkan menghafalkan 36 butir Pancasila sekaligus mengamalkannya.<br /><br />Menurut pemerintah penataran P4 bisa disebut sebagai semacam ‘opstib mental’, semacam persuasi. Sistim demokrasi selalu mengenal persuasion dan coercion, bujukan dan paksaan, yang merupakan dua sayap dari satu ide. Dan penataran P4 inilah merupakan persuasionnya. Dan setelah ditatar, orang jadi lebih tahu tentang Pancasila sudah sesuai dengan Pancasila atau belum selama tindakannya.<br /><br />Penataran P4 baru bisa disebut berhasil bila setelah ditatar, tingkah-laku peserta sehari-hari sudah satu dalam kata dan perbuatan. Juga membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais. Apa itu manusia Pancasilais? Pancasilais itu setidaknya beriktikad baik, disiplin, sadar memperbaiki nasib rakyat. Pokoknya republikein. Juga penataran P4 bisa mendidik ‘menghormati pendapat orang lain, berusaha mengerti tanpa melukai hati. Dan sabar.’<br /><br />Jika sudah mengikuti Penataran P4 apalagi menyandang predikat ‘manggala’, kesempurnaan hidup sebagai warga negara yang hidup di bumi Pancasila tercapai. Dan, itu berarti pula tiket untuk menduduki jabatan "basah" di instansi pemerintah. Tak soal apakah sudah mengamalkan butir-butir Pancasila atau belum dalam hidupnya.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com192tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-43877902803210833932009-05-19T12:10:00.003+07:002009-05-19T12:18:14.836+07:00Soeharto, The Smiling General<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ShJBC6ESx9I/AAAAAAAAATM/cV_42I6dUJA/s1600-h/Soeharto.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 310px; height: 400px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ShJBC6ESx9I/AAAAAAAAATM/cV_42I6dUJA/s400/Soeharto.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5337400026590267346" /></a><br />Tahun 1980 adalah masa keemasan Presiden Soeharto penguasa Orde Baru yang memimpin Indonesia selama 32 tahun. Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – wafat di Jakarta, 27 Januari 2008 dalam umur 86 tahun. <br /><br />Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Di tahun 1949 dia berpangkat Letnan Jendral , Soeharto memimpin pasukan TNI melancarkan serangan menguasai kota Yogya selama 6 jam dalam Serangan Umum 1 Maret. Tahun 1965 setelah meletus Gerakan 30 September, dengan bekal Supersemar, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. <br /><br />Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968 setelah dalam Sidang Istimewa MPR menolak pertanggungjawaban Soekarno. Melalui mesin politiknya yakni Golkar, ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. <br /><br />Atas nama stabilitas politik, Soeharto memerintah dengan tangan besi. Atas nama pembangunan, orang-orang yang berseberangan dengannya dia berangus. Demikian pula pihak-pihak yang berpotensi menjadi lawan politiknya dia bonsai. Dia juga menempatkan keluarga dan kroni-kroninya di semua lembaga strategis mulai dari jajaran menteri hingga anggota MPR, sehingga praktis seluruh pemerintahan di bawah kendalinya. <br /><br />Hingga kini banyak tragedi dan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masa pemerintahannya belum terpecahkan seperti <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/03/tragedi-tanjung-priok-air-mata-tumpah.html">Peristiwa Tanjungpriok</a>, <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/05/petrus-penembakan-misterius.html">penembakan misterius</a>, <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/03/peristiwa-lampung-api-di-talangsari.html">Peristiwa Lampung</a>, maupun insiden Santa Cruz.<br /><br />Meski demikian, harus diakui masa-masa pemerintahannya juga mencatat sejumlah prestasi. Dia berhasil membenahi perekonomian warisan Orde Lama untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sehingga sempat Indonesia bersama sejumlah negara berkembang dijuluki sebagai Macan Asia. Dia juga berhasil mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia, memberantas buta huruf melalui wajib belajar, memerbaiki gizi masyarakat melalui program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. Soeharto juga memperoleh penghargaan dari FAO setelah Indonesia mencapai <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/11/swasembada-beras.html">swasembada beras</a>. Di kancah percaturan internasional Soeharto juga disegani melalui perannya di Gerakan Non-Blok maupun perannya sebagai mediator di berbagai konflik-konflik bersenjata.<br /><br />Pada tahun 1998, sebagai dampak dari krisis ekonomi global yang juga melanda Indonesia masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Soeharto kemudian digantikan oleh B.J. Habibie. <br /><br />Soeharto menikah dengan Siti Hartinah dan dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.<br /><br />Hingga akhir hayatnya, Soeharto tetap mewariskan sejumlah kontroversi, termasuk di manakah rakyat Indonesia akan menempatkan dirinya. Sebagai pahlawan yang telah membawa Indonesia mencapai kemajuan, ataukah sebagai penjahat karena keterlibatannya atas sejumlah kasus berdarah, hingga dia yang membawa Indonesia berkubang dalam hutang.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com106tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-83242103473917385362009-05-16T08:01:00.002+07:002009-05-16T08:08:38.665+07:00Jan Mintaraga dan Komik-Komik Roman Jakarta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sg4Q9UOf7OI/AAAAAAAAATE/B1j3x4rfG44/s1600-h/jan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 289px; height: 400px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sg4Q9UOf7OI/AAAAAAAAATE/B1j3x4rfG44/s400/jan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336221254068202722" /></a><br />Konon dalam belantika komik Indonesia di tahun 70–80-an dikenal tiga komikus besar yang karyanya akan tetap dikenal sepanjang masa. Mereka adalah Hans Jaladara dengan master piece-nya Panji Tengkorak yang disebut-sebut oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma sebagai ‘<span style="font-style:italic;">bukanlah sebuah komik silat melainkan sebuah drama cinta yang tragis</span>’. Lalu ada Ganes Th dengan Si Buta dari Gua Hantu yang terus melegenda.<br /><br />Yang terakhir adalah Jan Mintaraga. Berbeda dengan rekan-rekannya yang banyak bercerita tentang rimba persilatan, Jan Mintaraga mencoba melawan arus dengan bercerita tentang roman metropolitan, orang menyebutnya komik-komik roman Jakarta. Tentang kehidupan anak-anak orang kaya dengan segala problema cintanya.<br /><br />Karya-karya Jan begitu berpengaruh berkat karakter tokoh-tokohnya yang kuat. Dia selalu menampilkan tookohnya dengan karakter rambut gondrong, acuh dan agak sinis. Celananya jin belel sepatu kets. Rokok terselip di bibirnya dan menggelantung jaket di pundak. Pada tokoh gadisnya goresan Jan Mintaraga selalu digambarkan dengan bentuk mata indah dan besar. Sedangan dandanan rambutnya sangat anggun. Jan juga mengerjakan detail-detail kecil pada latar belakang, seperti pada bangunan, interior sebuah ruangan, tirai, baju kotak-kotak dengan cara yang menonjol. Juga mulai penggunaan tinta putih untuk memberikan efek-efek tertentu.<br /><br />Jan Mintaraga ahir di Yogyakarta pada 1942. Jan yang pernah kuliah di Asri Jogya, jurusan interior (1962) dan ITB Bandung, belajar di bawah bimbingan komikus R.A. Kosasih dan Ardisoma. Ia dianggap sebagai komikus yang agak kebarat-baratan, terutama karena gayanya sangat dipengaruhi komikus Amerika. Hal itu dapat dilihat dari penampilan para karakter, sangat tak lazim bagi anak-anak Indonesia, tapi sangat sering kita jumpai pada produk visual dari Amerika atau Eropa ketika itu. Mengenai hal ini Jan sendiri mengakui sendiri bahwa komik-komiknnya banyak terispirasi dari lagu-lagu Bob Dylan. Di antaranya, ada komik yang mengambil judul dari terjemahan sebuah lagu terkenal Bob Dylan, Blowing in The Wind. Komik itu, Tertiup Bersama Angin (1967), karya Jan Mintaraga. <br /><br />Jan Mintaraga yang mempunyai nama asli Suwalbiyanto memulai dengan "Cinde Laras!" (Arya Guna), serta "Rajawali Menuntut Balas", yang masih berbau tokoh-tokoh Amerika. Jan mulai menarik minat pembacanya dengan "Sebuah Noda Hitam" (1968). Segera disusul dengan "Rhapsodi Dalam Sendu". Tapi tokoh ciptaannya yang terkenal, Rio Purbaya, dalam Sebuah Noda Hitam, yang laris pada awal 1970-an. Untuk Jakarta saja, menurut penerbitnya, terjual 20 ribu eksemplar dan menjadi box office. Bahkan saking populernya tokoh Rio, Roy Marten aktor terpopuler pada saat itu mengaku terilhami tokoh Rio setelah melahap habis komik itu. Roy bahkan sampai berpenampilan sama dengan Rio, kemeja kotak-kotak biru dan celana jeans belel. <br /><br />Pada 1970-an, Jan termasuk salah satu komikus dengan bayaran termahal. Sebagai gambaran untuk komik setebal ‘hanya’ 48 halaman, honor yang diterima Jan adalah Rp 200 ribu. Tapi itu adalah tahun 1970-an, di mana harga emas waktu itu Rp 250 per gram, jadi bisa dibayangkan betapa jayanya kehidupan komikus yang sukses di zamannya. Selain dikenal karena komik-komik romannya Jan juga sempat membuat beberapa komik laga seperti Indra Bayu, Runtuhnya Pualam Putih, Kelelawar, Puri Iblis, Runtuhnya Puri Iblis, Misteri Tertangkap Jin, Macan Putih, dan Sepasang Gelang Mustika.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com65tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-22889194779749496782009-05-12T19:10:00.001+07:002009-05-12T19:12:46.589+07:00Petrus, Penembakan Misterius<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sglnov7HiFI/AAAAAAAAAS8/0ZmvyhSsXwE/s1600-h/petrus.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 213px; height: 320px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sglnov7HiFI/AAAAAAAAAS8/0ZmvyhSsXwE/s400/petrus.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334909183353915474" /></a><br />Tapi dua butir peluru segera bersarang di tubuhnya. Satu di dada dan satu di kepala. Tubuhnya lalu tumbang dan dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. Esok hari, bisik-bisik beredar di masyarakat. Dia adalah Robert preman yang selama ini ditakuti, sampah masyarakat, bromocorah!<br /><br />Mungkin nasib Bathi Mulyono masih lebih baik. Begitu mendengar dirinya ikut menjadi target, dia segera melarikan diri hingga ke sejumlah negara luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Meninggalkan istri dan anaknya yang baru lahir. Namun, Bathi dan anaknya yang kini berusia 25 tahun, Lita, telah bertemu kembali.<br /><br />Tahun 1980-an. Ketika itu, ratusan residivis, khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah, mati ditembak. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah "petrus", penembak misterius. Tahun 1983 saja tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak. Para korban Petrus sendiri saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan dan kebun. Pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat keamanan.<br /><br />Kala itu, para pria bertato disergap ketakutan karena muncul desas-desus, petrus mengincar lelaki bertato. Peristiwa penculikan dan penembakan terhadap mereka yang diduga sebagai gali, preman, atau residivis itu, belakangan, diakui Presiden Soeharto, sebagai inisiatif dan atas perintahnya. "Ini sebagai shock therapy," kata Soeharto dalam biografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.<br /><br />Mayat-mayat itu ketika masih hidup dianggap sebagai penjahat, preman, bromocorah, para gali, dan kaum kecu yang dalam sejarah memang selalu dipinggirkan, walau secara taktis juga sering dimanfaatkan. Pada saat penembak misterius merajalela, para cendekiawan, politisi, dan pakar hukum angkat bicara. Intinya, mereka menuding bahwa hukuman tanpa pengadilan adalah kesalahan serius. Meski begitu, menurut Soeharto, “Dia tidak mengerti masalah yang sebenarnya.” Mungkin tidak terlalu keliru untuk menafsir bahwa yang dimaksud Soeharto sebagai orang yang mengerti masalah sebenarnya adalah dirinya sendiri.<br /><br />Sayang, petrus hanya berlaku untuk preman kelas teri, mereka yang merampok karena lapar. Sayang, petrus tidak berlaku untuk preman berdasi, mereka yang mencuri karena mereka rakus...joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com79tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-82715550231750277582009-05-09T07:18:00.001+07:002009-05-09T07:23:48.385+07:00Enny Arrow, Tentang Novel Stensilan yang Cabul<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SgTM8rhuARI/AAAAAAAAAS0/lMjBi3klvH8/s1600-h/enny+arrow.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SgTM8rhuARI/AAAAAAAAAS0/lMjBi3klvH8/s400/enny+arrow.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5333613201561878802" /></a><br />Di tahun 1980-an tentu saja belum dikenal internet di Indonesia, juga belum ada teknologi bernama telepon genggam yang juga membawa sisi negatif maraknya film-film berdurasi pendek yang biasanya mempunyai penggemar sendiri. Film-film biru yang masih dikemas dengan format video juga hanya beredar di kalangan atas saja. Lalu dari manakah para remaja-remaja masa dekade 80 memperoleh referensi tentang seks?<br /><br />Jawabannya adalah dari novel-novel stensilan atau Enny Arrow, yang biasa dijajakan secara sembunyi-sembunyi di antara para pedagang koran, kios-kios buku bekas atau lapak-lapak buku kaki lima. Ada banyak nama pengarang yang dikenal menyuguhkan cerita-cerita dewasa tersebut namun yang paling terkenal adalah Enny Arrow.<br /><br />Siapakah Enny Arrow? Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya di balik nama tersebut. Yang jelas Enny Arrow hanyalah sebuah nama samaran, sebelum kemudian banyak pengarang-pengarang lain yang kemudian menjadi epigonnya dengan ikut-ikutan menggunakan nama tersebut demi mendongkrak ‘rating’.<br /><br />Novel-novel karangan Enny Arrow memang begitu vulgar dan hanya mengekspos segala kebinalan seks secara terang-terangan. Sudah tentu novel-novel Enny Arrow tidak mempunyai tema atau jalan cerita yang jelas, karena memang penulisan novel stensilan ini tentunya memang dimaksudkan hanya untuk menggugah syahwat pembacanya. <br /><br />Dan sudah barang tentu tidak bertujuan menyimbolisasikan apa-apa selain menyuguhkan fantasi aktivitas seksual yang badaniah itu sendiri, kendatipun fakta bahwa teks-teks demikian itu ada dan beredar secara sembunyi-sembunyi di tengah masyarakat mungkin bisa menyiratkan kenyataan tertentu di luar teks, semacam berlangsungnya represi moral yang terlampau berlebihan atas kehidupan seksual masyarakat, adanya kemunafikan sosial yang terpendam, serta pelecehan diam-diam atas nilai-nilai yang berlaku.<br /><br />Pengarang juga tidak jarang menyebutkan secara eksplisit organ-organ anatomi manusia, dengan tujuan apalagi kalau bukan untuk membangkitkan syahwat pembacanya, dengan bahasa yang vulgar dan hiperbolis. Sehingga sempat beredar semacam joke, bahwa sesungguhnya pengarangnya sendiri malah belum pernah melakukan hubungan seks. Penggemarnya tidak hanya anak-anak SMP atau SMA yang memang secara alamiah mempunyai rasa penasaran yang tinggi tentang seks, namun juga di kalangan dewasa tanpa terkecuali.<br /><br />Namun tentu saja seiring dengan perkembangan jaman, setelah maraknya internet, yang termasuk menjajikan kemudahan tanpa batas untuk mengakses pronografi, secara perlahan-lahan Enny Arrrow dan karya-karyanya mulai ditinggalkan penggemarnya. Dan hingga kini pun misteri di balik nama Enny Arrow tetap tidak terkuak. Pernah tersiar kabar, pada akhir tahun 2000 seseorang bernama Suwarto yang tertangkap polisi bersama-sama dengan ribuan kopi cetakan stensilan dianggap sebagai orang di belakang Enny Arrow, namun hingga sekarang tidak ada kabarnya.<br /><br />Namun demikian, meski diedarkan secara <span style="font-style:italic;">underground</span>, namun novel-novel Enny Arrow ternyata sangat populer. Sebuah survei yang dilakukan majalah "Men's Health” edisi Indonesia pada tahun 2003 pernah mengungkapkan, membaca karya Enny Arrow/stensilan menjadi sumber pertama pengetahuan tentang seks pada 17,2 % respondennya.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com141tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-85828375124613122272009-05-06T18:10:00.004+07:002009-05-06T18:27:55.104+07:00Lupus, Dari Novel ke Layar Lebar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SgF0NZcH-rI/AAAAAAAAASs/79H8gp9ZbKU/s1600-h/lupus.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 267px; height: 354px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SgF0NZcH-rI/AAAAAAAAASs/79H8gp9ZbKU/s400/lupus.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5332671207299349170" /></a><br />Lupus adalah tokoh fiksi dalam serial novel berjudul sama karangan Hilman Hariwijaya. Semula Lupus hadir sebagai serial lepas di majalah remaja pria Hai, sebelum kemudian diterbitkan dalam bentuk novel oleh penerbit Gramedia. Novel Lupus pertama diterbitkan pada tahun 1986 berjudul Lupus I: <span style="font-style:italic;">Tangkaplah Daku Kau Kujitak</span>. Walaupun judulnya adalah plesetan dari film <span style="font-style:italic;">Kejarlah Daku Kau Kutangkap</span>, ceritanya tak berhubungan.<br /><br />Lupus bercerita tentang seorang anak belasan tahun bernama Lupus, dengan beberapa karakter pembantu seperti Boim, Gusur, Anto, sebagai teman-temanya. Kemudian ada Lulu adik perempuannya serta ada pula tokok Mami yaitu ibunda Lupus, serta Poppy sebagai pacarnya.<br /><br />Berseting di sebuah SMA, yaitu SMA Merah Putih, tak ada yang serius yang diungkapkan pengarang dalam kisah ini. Romantika remaja dengan segala problematikanya, pacaran dan patah hati, atau pertemanan banyak mewarnai episode-episodenya. Lupus identik sekali dengan permen karet yang tak pernah lepas darinya, juga sifatnya yang konyol, hingga membuatnya disukai oleh seluruh teman-temannya. <br /><br />Ditulis dengan gaya ringan dan kocak, kisah Lupus banyak mendapat tanggapan dari para penggemarnya, sehingga tidak heran kemudian banyak para pengarang di tahun 1980-an meniru gaya bahasanya yang jenaka tersebut dengan menghadirkan tokoh-tokoh epigonnya. Selain cerita Lupus yang regular juga telah terbit berbagai variasi dari cerita Lupus seperti Lupus Kecil atau Lupus Milenia. <br /><br />Kepopuleran Lupus membuat kemudian Lupus diangkat ke layar bioskop. Film itu cukup sukses dan mengangkat kepopuleran Ryan Hidayat sebagai idola remaja saat itu, sehingga kemudian dibuat pula beberapa sekuelnya. <br /><br />Di pertengahan 1990-an Lupus sempat pula diangkat ke layar televisi dalam bentuk sinetron di sebuah stasiun televisi swasta. Lalu di tahun 2000-an Lupus kembali diangkat ke layar televisi dalam Lupus Milenia.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com50tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-13832407622209102792009-05-03T12:03:00.001+07:002009-05-03T12:06:37.505+07:00Bom Borobudur, Petaka di Kuil Syailendra<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sf0mKVlHFQI/AAAAAAAAASU/mU8cM3pA73g/s1600-h/borobudur-old.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 304px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sf0mKVlHFQI/AAAAAAAAASU/mU8cM3pA73g/s400/borobudur-old.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5331459492909880578" /></a><br />Sebuah ledakan cukup dahsyat menggetarkan bumi pada suatu hari, 15 Januari 1985, di kompleks Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah. Maka sekitar tujuh buah stupa yang tak berdosa tersebut tercerabut berantakan dalam diam, pada candi peninggalan dinasti Syailendra itu. <br /><br />Dan seperti halnya banyak kasus bom lain, peledakan Candi Borobudur itu pun juga masih menyisakan misteri yang menyangkut dalang sebenarnya di belakang tindakan amoral itu. Memang ada nama Ibrahim alias Mohammad Jawad disebut-sebut polisi sebagai dalang pengeboman tersebut. Namun demikian sosoknya tetap misterius hingga kini, karena aparat belum berhasil mengendus jejaknya, apalagi meringkusnya. <br />Disebut-sebut bahwa pengeboman itu berkaitan dengan kasus kecelakaan ledakan bom di bus Pemudi Express di Banyuwangi pada 16 Maret 1985 dan peledakan Gereja Sasana Budaya Katolik Magelang beberapa waktu setelahnya.<br /><br />Adalah Abdulkadir Ali Alhabsyi dan Husein Ali Alhabsy seorang mubaligh, yang kemudian ditangkap polisi beberapa saat setelah kejadian.Dia disebut sebagai pelaku peledakan di lapangan. Kemudan Abdulkadir divonis oleh Pengadilan Negeri Malang dengan hukuman penjara 20 tahun, meski kemudian dia mendapatkan remisi setelah menjalani hukuman selama 10 tahun. Husein sendiri dihukum seumur hidup sebelum kemudian mendapat grasi dari Presiden BJ Habibie. Husein sendiri menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan Borobudur dan menuding Mohammad Jawad, sebagai dalangnya.<br /><br />Dalam persidangan, jaksa menuduh bahwa tindakan pengeboman terhadap Candi Borobudur tersebut merupakan aksi balas dendam Abdulkadir dan kawan-kawan yang muslim terhadap <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/03/tragedi-tanjung-priok-air-mata-tumpah.html">peristiwa Tanjungpriok</a> berdarah pada 1983, yang menewaskan puluhan nyawa umat Islam. Albdulkadir membenarkan motivasi peledakan itu sebagai ungkapan ketidakpuasannya atas peristiwa berdarah itu. Namun, keterangan itu sempat diragukan karena Ibrahim, orang yang disebut Husein sebagai dalangnya, tidak pernah dapat ditemukan oleh aparat sendiri, bahkan hingga kini.<br /><br />Peristiwa itu juga meragukan dipandang dari konteks politik kala itu, ketika sejumlah elite politik yang bercokol di punggung rezim Orde Baru memberlakukan politik anti-Islam. Peledakan candi yang disebut satu dari tujuh keajaiban dunia itu dianggap sebagai rekayasa dari kelompok anti-Islam untuk menyudutkan kelompok Islam.<br /> <br />Sementara Abdulkadir sendiri mengaku sebetulnya dia tidak mengetahui rencana pengeboman. Dia dan ketiga kawan lain pada awalnya hanya sekadar diajak oleh Ibrahim untuk berekreasi. Sebelum kemudian Ibrahim berhasil membujuk untuk melakukan tindakan tersebut. Sebagai pelaku di lapangan, Abdulkadir mengaku tidak mengetahui seluk-beluk bom. Ketidakprofesionalan tersebut memperkuat kecurigaan bahwa Abdulkadir dan kawan-kawan hanyalah pelaku kelas teri dalam rentetan teror politik untuk Islam itu (sumber Tempo)joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com69tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-88169581251049197222009-05-01T16:21:00.001+07:002009-05-01T16:24:48.587+07:00Dewi dan Cipluk, Kisah Bayi yang Tertukar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sfq_0DDZ8aI/AAAAAAAAASM/uSD1GFVaPrg/s1600-h/semua.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 179px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sfq_0DDZ8aI/AAAAAAAAASM/uSD1GFVaPrg/s400/semua.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5330784009840095650" /></a><br />Kemudian naluri keibuannya segera muncul melihat bayi perempuan yang masih merah itu menangis, pada suatu sore di Puskesmas Cilandak. Nuraini segera menyusuinya sampai bayi itu tertidur, kemudian dia menciumi lembut dan meletakkan dengan penuh kasih sayang di inkubator. <br /><br />Namun yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Adalah pasangan suami istri Suripno dan Kartini yang merasa yakin bahwa bayi yang diambil dan disusui oleh Nuraini tadi adalah anaknya. Walau seorang perawat , Sri Maryati , membenarkan bayi di boks no 1 adalah bayi Kartini, Nuraini tetap yakin dengan pendiriannya. Nuraini mengaku melihat Maryati memindahkan bayinya dari inkubator ke boks nomor 1. Sementara Maryati mengatakan bayi itu dipindahkannya ke boks no 2.<br /><br />Kasus bayi yang tertukar ini sempat berbuntut panjang, menghebohkan dan menyita perhatian masyarakat karena menjadi sorotan media massa di Indonesia pada akhir tahun 1980-an. Dewi, nama bayi yang diperebutkan itu, sementara Cipluk adalah bayi yang terlupakan.<br /><br />Maka kasus itu bergulir ke pengadilan. Menurut saksi ahli dr. Masri Rustam, berdasarkan hasil tes darah, Dewi tidak mungkin keturunan pasangan Nuraini - Ambam. Begitu pula Cipluk tidak mungkin berasal dari pasangan Kartini - Suripno. Berdasar hasil pembuktian tes darah tersebut, ternyata darah bayi yang diperebutkan itu AB. Sementara golongan darah pasangan Nuraini dan suaminya Ambam sama-sama O. Secara genetis, pasangan yang sama-sama golongan darah O hanya bisa melahirkan bayi dengan golongan darah O. Artinya bayi yang diperebutkan mustahil lahir dari rahim Nuraini.<br /><br />Di hadapan pengunjung yang memadati ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jaksa Nyonya Tiangsa Beru Karo menuntut hukuman 6 bulan penjara kepada Nuraini karena terbukti sengaja mengambil Dewi, yang bukan miliknya sehingga asal-usul kedua bayi itu menjadi kabur. Nuraini juga dituntut jaksa untuk menerima Cipluk dan memberikan Dewi kepada pasangan Suripno dan Kartini.<br /><br />Nuraini yang kalah di pengadilan akhirnya mau mengambil Cipluk, ketika itu usia Cipluk memasuki usia 1 tahun, 6 bulan, 15 hari. Meski begitu sampai sekarang bagi Nuraini Dewi tetap diyakininya sebagai darah dagingnya. Kasus ini bahkan pernah diangkat ke layar putih dengan judul Dewi & Cipluk: Semua Sayang Kamu.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com69tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-73754140018114689172009-04-26T14:48:00.003+07:002009-04-26T15:32:42.502+07:00Sengkon dan Karta, Sebuah Ironi Keadilan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SfQSliKgXoI/AAAAAAAAAR8/q1Od0T-Wd6M/s1600-h/hukum.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 314px; height: 400px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SfQSliKgXoI/AAAAAAAAAR8/q1Od0T-Wd6M/s400/hukum.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5328904695121469058" /></a><br />Lima tahun bukan waktu yang teramat pendek. Apalagi untuk dihabiskan di dalam sebuah ruangan beku bernama penjara. Apalagi untuk sebuah perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Tapi <span style="font-weight:bold;">Sengkon</span> dan <span style="font-weight:bold;">Karta </span>mengalaminya. Kepada siapakah mereka harus mengadu, jika sebuah lembaga bernama pemerintah tidak bisa lagi dipercaya? Sebab keadilan tidak pernah berpihak kepada Sengkon, juga Karta, juga mereka yang lain, yang bernama rakyat kecil.<br /><br />Alkisah sebuah perampokan dan pembunuhan menimpa pasangan suami istri Sulaiman-Siti Haya di Desa Bojongsari, Bekasi. Tahun 1974. Beberapa saat kemudian polisi menciduk Sengkon dan Karta, dan menetapkan keduanya sebagai tersangka.<br /><br />Keduanya dituduh merampok dan membunuh pasangan Sulaiman-Siti Haya. Tak merasa bersalah, Sengkon dan Karta semula menolak menandatangani berita acara pemeriksaan. Tapi lantaran tak tahan menerima siksaan polisi, keduanya lalu menyerah. Hakim <span style="font-weight:bold;">Djurnetty Soetrisno</span> lebih mempercayai cerita polisi ketimbang bantahan kedua terdakwa. Maka pada Oktober 1977, Sengkon divonis 12 tahun penjara, dan Karta 7 tahun. Putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi Jawa Barat.<br /><br />Dalam dinginnya tembok penjara itulah mereka bertemu seorang penghuni penjara bernama Genul, keponakan Sengkon, yang lebih dulu dibui lantaran kasus pencurian. Di sinilah Genul membuka rahasia: dialah sebenarnya pembunuh Sulaiman dan Siti!. Akhirnya, pada Oktober 1980, Gunel dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.<br /><br />Meski begitu, hal tersebut tak lantas membuat mereka bisa bebas. Sebab sebelumnya mereka tak mengajukan banding, sehingga vonis dinyatakan telah berkekuatan hukum tetap. Untung ada <span style="font-weight:bold;">Albert Hasibuan</span>, pengacara dan anggota dewan yang gigih memperjuangkan nasib mereka. Akhirnya, pada Januari 1981, Ketua Mahkamah Agung (MA) <span style="font-weight:bold;">Oemar Seno Adji</span> memerintahkan agar keduanya dibebaskan lewat jalur peninjauan kembali.<br /><br />Berada di luar penjara tidak membuat nasib mereka membaik. Karta harus menemui kenyataan pahit: keluarganya kocar-kacir entah ke mana. Dan rumah dan tanah mereka yang seluas 6.000 meter persegi di Desa Cakung Payangan, Bekasi, telah amblas untuk membiayai perkara mereka. <br /><br />Sementara Sengkon harus dirawat di rumah sakit karena tuberkulosisnya makin parah, sedangkan tanahnya yang selama ini ia andalkan untuk menghidupi keluarga juga sudah ludes dijual. Tanah itu dijual istrinya untuk menghidupi anak-anaknya dan membiayai dirinya saat diproses di polisi dan pengadilan. Walau hanya menanggung beban seorang istri dan tiga anak, Sengkon tidak mungkin meneruskan pekerjaannya sebagai petani, karena sakit TBC terus merongrong dan terlalu banyak bekas luka di badan akibat siksaan yang dideranya.<br /><br />Sementara itu Sengkon dan Karta juga mengajukan tuntutan ganti rugi Rp 100 juta kepada lembaga peradilan yang salah memvonisnya. Namun Mahkamah Agung menolak tuntutan tersebut dengan alasan Sengkon dan Karta tidak pernah mengajukan permohonan kasasi atas putusan Pengadilan Negeri Bekasi pada 1977. ‘S<span style="font-style:italic;">aya hanya tinggal berdoa agar cepat mati, karena tidak ada biaya untuk hidup lagi</span>’ kata Sengkon.<br /><br />Lalu Tuhan berkuasa atas kehendaknya. Karta tewas dalam sebuah kecelakaan, sedangkan Sengkon meninggal kemudian akibat sakit parahnya. Di sanalah mereka dapat mengadu tentang nasibnya, hanya kepada Tuhan (berbagai sumber).joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com75tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-77162334316226971122009-04-23T15:29:00.002+07:002009-04-23T15:32:59.374+07:00Gito Rollies, Burung Kecil Terbanglah Tinggi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SfAnsZR2vhI/AAAAAAAAAR0/g62sDJJbitw/s1600-h/gito+.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 267px; height: 400px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SfAnsZR2vhI/AAAAAAAAAR0/g62sDJJbitw/s400/gito+.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5327802002832801298" /></a><br />Tentu saja di KTP-nya tidak tertulis Gito Rollies, sebab nama aslinya Bangun Soegito Toekiman, lahir di Biak, Papua, 1 November 1947. Nama Rollies yang kemudian lebih melekat daripada nama aslinya, diambil dari grup bandnya asal Bandung yang pernah terkenal pada masa 1960-an sampai dengan 1980-an yang dibentuk bersama-sama Uce F. Tekol, Jimmy Manoppo, Benny Likumahuwa dan Teungku Zulian Iskandar.<br /><br />The Rollies sendiri dibentuk tahun 1967 dengan beberapa vokalis. Dengan semua personil juga tampil sebagai vokalis dengan karakter yang berbeda-beda. Tampil dengan idealisme tinggi, tapi konon mereka kurang komersial di industri rekaman, sehingga sederet album yang mereka hasilkan tidak mampu mencapai sukses seperti diharapkan. Pamor mereka di industri rekaman kalah dengan supergroup saat itu seperti Koes Plus, Panbers, atau di dekade 80, seperti <a href="http://dekade80.blogspot.com/2009/04/god-bless-bernyanyi-hingga-tak-muda.html">God Bless.</a><br /><br />Namun justru ketika tampil sebagai penyanyi solo, Gito Rollis lebih bersinar. Karier solonya dimulai ketika dia menyanyikan lagu “Tuan Musik” karya Oetje F Tekol yang termaktub dalam album solo perdananya di tahun 1984. Disusul hits-hits lainnya seperti <span style="font-style:italic;">Astuti, Kau yang Kusayang, Burung Kecil,</span> hingga duetnya dengan Ahmad Albar lewat <span style="font-style:italic;">Kartika</span>.<br /><br />Dan sepertinya anak-anak band masih dekat dengan tiga hal, sex, drug dan alcohol. Gito termasuk salah seorang yang tidak kuasa melawan godaan itu, bersama rekan-rekan The Rollies yang lain. Bahkan Iwan, pemain drum mereka tewas karena benda haram tersebut. Ada juga Deddy Stanza, pemain bas, yang bolak-balik diberitakan ditangkap polisi lantas dikurung di bui. <br /><br />Tapi untunglah Gito segera insaf. Dia lalu meninggalkan jalan kelamnya di masa lampau. Di tahun 2000-an dia bahkan mulai dekat dengan agama. Tahun 2005 Gito bahkan berduet dengan Opick dalam album “Istighfar”. Juga menyumbangkan suaranya bersama sederet artis dalam album bertema kemanusiaan seperti “ Tembang Peduli” (1998) hingga album “Kita Untuk Mereka” (2005) untuk membantu korban Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam. Tahun 2007 dia merilis album religius berjudul “Kembali Pada Nya”.<br /><br />Gito juga masih sempat berkiprah di layar lebar. Bersama bintang muda Nicholas Saputra dan Dian Sastro dia turut terlibat dalam film <span style="font-style:italic;">Ada Apa dengan Cinta</span> (2000) yang disutradarai Rudy Sujarwo. Atau berperan sebagai Pak Ucok, yang bekerja sebagai pemutar film di bioskop sinepleks dalam film <span style="font-style:italic;">Janji Joni</span> yang dibesut Joko Anwa,untuk kembali bertemu Nicholas Saputra. Di film ini juga, Gito Rollies berhasil meraih Piala Citra sebagai Pemeran Pembantu Terbaik pada Festival Film Indonesia 2005.<br /><br />Tapi memang Tuhan lebih berkuasa atas nasib manusia. Setelah sejak tahun 2005, Gito terserang kanker kelenjar getah bening dia akhirnya wafat pada tanggal 28 Februari 2008 setelah menjalani pengobatan. Kini tak ada lagi suara nyanyiannya yang parau. <br />Hujan deras menghantarkan kepergiannya. Dia telah terbang tinggi menemui Sang Pencipta, seperti dalam lagunya Burung Kecil: ..<span style="font-style:italic;">hai burung kecil silakan pergi/terbanglah tinggi sesuka hati/langit yang biru memang milikmulmungkin disana damai hidupmu</span>joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com51tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-84828755140101305352009-04-19T10:37:00.002+07:002009-04-19T10:44:07.617+07:00Tragedi Bintaro, Air Mata di Atas Kereta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Seqd_n714HI/AAAAAAAAARk/kYhfqbTsFoc/s1600-h/bintaro.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 219px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Seqd_n714HI/AAAAAAAAARk/kYhfqbTsFoc/s400/bintaro.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326243225696329842" /></a><br />Mayat-mayat begelimpangan, sebagian dalam keadaan tidak utuh. Bau darah anyir memenuhi udara. Tubuh-tubuh yang lain terjepit di antara besi-besi, sebagian masih hidup. Hari itu 19 Oktober 1987. Dua buah kereta api yakni KA255 jurusan Rangkasbitung – Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanahabang – Merak bertabrakan di dekat stasiun Sudimara, Bintaro. Peristiwa itu terjadi persis pada jam sibuk orang berangkat kantor, sehingga jumlah korban juga besar sangat besar yakni 153 orang tewas dan 300 orang luka-luka.<br /><br />Peristiwa itu merupakan yang terburuk setelah peristiwa tabrakan kereta api tanggal 20 September 1968, yang menewaskan 116 orang. Tabrakan terjadi antara kereta api Bumel dengan kereta api cepat di Desa Ratujaya, Depok. <br /><br />Bermula ketika KA 225, Stasiun Sudimara pada pukul 6:45. Selang 5 menit kemudian, Jamhari, (petugas PPKA Sudimara) menerima telepon dari Umriadi (Petugas PPKA Kebayoran Lama) yang mengabarkan KA no.220 berangkat menuju Sudimara. Jamhari pun lantas memerintahkan masinis KRD 225 yang berada di jalur 3 dilansir ke Jalur 1.<br />Di kilometer 18 dari Stasiun Tanah Abang peristiwa terjadi. Mendekati Kampung Bintaro seperti biasa, peluit kereta dibunyikan oleh masinis Slamet. Namun dari arah yang berlawanan tiba-tiba datang KA 220. Tak ayal dua lokomotif yang terdiri dari tujuh gerbong dan sama-sama sarat dengan penumpang tersebut bertabrakan secara frontal. Beberapa penumpang yang duduk di atas atap sempat melompat namun sebagian lagi tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya kondisi gerbong yang beradu muka sama-sama hancur mengenaskan. <br /><br />Polisi menyebutkan, kesalahan terindikasi dilakukan oleh Pemimpin Perjalanan KA (PPKA) Stasiun Serpong yang lalai melihat tanda di komputer bahwa kereta dari arah Stasiun Sudimara sudah diberangkatkan. Tanpa melihat komputer, ia langsung memberangkatkan KA jurusan Jakarta. Sementara dari arah Jakarta (Stasiun Sudimara) pun kereta sudah melaju.<br /><br />Akibat tragedi tersebut masinis Slamet Suradio diganjar 5 tahun kurungan. Ia juga harus kehilangan pekerjaan, maka ia memilih pulang ke kampung halamannya menjadi petani di Purworejo sana. Kini ia menapaki masa senjanya dibalut kemiskinan dan menanti seberkas sinar terang untuk memperoleh pengakuan atas jerih payah pengabdian selama lebih 20 tahun di atas roda besi. <br /><br />Nasib yang serupa juga menimpa Adung Syafei (kondektur KA 225). Dia harus mendekam di penjara selama 2 tahun 6 bulan. Sedangkan Umriadi (Pemimpin Perjalanan Kereta Api, PPKA, Stasiun Kebayoran Lama) dipenjara selama 10 bulan.<br /><br />Sedangkan seorang mantan pengatur sinyal kereta api yang juga dinyatakan bersalah dan kini menapaki masa tua juga dengan penuh penantian. Meskipun setelah melalui banding, ia sudah diputus tidak bersalah, namun hingga kini hanya bisa menunggu datangnya mukjizat untuk memperoleh pengakuan atas pengabdiannya selama lebih dari dua puluh tahun. Badan ringkih itu kini acapkali nampak ada di stasiun Rangkas Bitung, sekedar untuk nostalgia dan tentu saja memperoleh belas kasihan kolega yang juga sama-sama pantas dikasihani.<br /><br />Dan Iwan Fals pun melantunkan kepiluan tragedi nasional itu. S<span style="font-style:italic;">embilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah. Meninggalkan tanya yang tak terjawab, bangkai kereta lemparkan amarah. Air mata... air mata....</span>joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com77tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-29127266970433411962009-04-17T18:22:00.003+07:002009-04-17T18:37:25.715+07:00Rano Karno, Tentang Bintang Tiga Jaman<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sehp7dqdjjI/AAAAAAAAARU/B1sh7sdo53c/s1600-h/rano+karno.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 294px; height: 320px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sehp7dqdjjI/AAAAAAAAARU/B1sh7sdo53c/s320/rano+karno.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5325623029661535794" /></a><br />Bisa jadi darah seni itu mengalir deras dari Sang Ayah. Sebab Soekarno M Noer memang aktor kawakan pada jamannya. Meski semula tidak menyukai keterlibatan anaknya dengan film namun, ayahnya pula yang memperkenalkan Rano Karno dengan dunia akting. Umur sembilan tahun, ia sudah diajak ayahnya membintangi film, meski hanya peran kecil dalam Lewat Tengah Malam. Bahkan pada tahun 1972 dia sudah dipercaya oleh Sjuman Djaja, untuk menjadi peran utama dalam film Si Doel Anak Betawi.<br /><br />Memasuki usia remaja Rano Karno lalu menjadi idola. Wajahnya yang polos lalu sering dikenal lewat peran protagonist dalam film-film percintaan. Berpasangan dengan artis Yessy Gusman film-filmnya segera dikenal lewat beberapa judul: Gita Cinta dari S.M.A (1979), Puspa Indah Taman Hati (1979), Kisah Cinta Tommi dan Jerri (1980). Di sini dia sempat digosipkan menjalin hubungan asmara dengan Yessy Gusman meski kemudian gossip itu kemudian memudar.<br /><br />Memasuki usia dewasa Rano Karno juga masih banyak membintangi film. Beberapa filmnya bahkan sempat meraih box office. Beberapa di antaranya: Opera Jakarta (1986), Arini, Masih Ada Kereta Yang Lewat (1987), Macan Kampus (1987), Taksi (1990), Bernafas Dalam Lumpur (1991).<br /><br />Rano Karno lahir di Jakarta, 8 Oktober 1960. Menempuh pendidikan hanya sampai di sekolah lanjutan atas yaitu SMA VI Jakarta. Selain itu Rano pun belajar akting di East West Player, Amerika Serikat. Ketika industri film di Indonesia mengalami mati suri Rano mencoba banting stir ke dunia sinetron. <br /><br />Lewat sinetron yang diproduksi di rumah produksinya Karnos Film, dia dikenal lewat sinetronnya Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron berlatar belakang keluarga Betawi yang bersahaja ini sempat menyedot perhatian pemirsa televisi beberapa tahun lalu. Dia seperti melawan arus yang selama ini berkembang, bahwa sinetron yang sukses adalah sinetron yang bergelimang glamor, bintang-bintang yang menawan dan kisah-kisah yang mengharu-biru. Lewat sinetron tersebut dia juga memperkenalkan budaya Betawi yang sudah mulai terlupakan, dipinggirkan oleh perkembangan jaman. Sinetron yang kemudian meroketkan sejumlah bintang seperti Cornelia Agatha, Maudi Koesnady, atau Mandra dan Basuki.<br /><br />Selain itu Rano juga dikenal lewat suaranya. Beberapa lagunya sempat menjadi hits seperti Kau yang Kusayang, Bukalah Kaca Matamu, juga Setangkai Anggrek Bulan yang berduet dengan Ria Irawan. Telah membintangi puluhan judul film Rano Karno mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya Penghargaan Surjosoemanto dari Dewan Film Nasional 1997, nominasi FFI: Yang (1984), Ranjau-Ranjau Cinta (1985), Arini I (1987), Arini II (1989), Kuberikan Segalanya (1992), Aktor Utama Terbaik dalam Taksi FFI 1991, Pemain Cilik Terbaik FFI 1974 di Surabaya, Best Child Actor FFA 1974 di Taiwan lewat film Rio Anakku (1973), Aktor Harapan I Pemilihan Best Actor/Actrees PWI 1974.<br /><br />Suami dari Dewi Indriati dan ayah dari Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi, ini juga pernah menjabat Anggota MPR Periode 1997-2002 dan dipercaya menjadi Duta Besar UNICEF sebuah badan di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang bergerak dalam bidang pendidikan. Saat ini dia menjadi Wakil Bupati Tangerang untuk periode 2008-2013.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-43185847318437719152009-04-13T21:02:00.002+07:002009-04-16T19:36:12.047+07:00God Bless, Bernyanyi Hingga Tak Muda Lagi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SeNGUrmMHxI/AAAAAAAAAQ8/DgeOjhMDSKI/s1600-h/God+Bless.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 207px; height: 320px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SeNGUrmMHxI/AAAAAAAAAQ8/DgeOjhMDSKI/s320/God+Bless.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5324176505596288786" /></a><br />Sebuah surat tiba di penghujung tahun 1989. Isinya pendek tapi mengagetkan, “... <span style="font-style:italic;">dengan berat hati, saya mengundurkan diri dari God Bless</span>... Ada nama Ian Antono bertanda tangan di bawahnya. Tentu saja surat pendek itu menggegerkan personel God Bless yang lainnya. Sebab saat itu semua personil sedang mempersiapkan keluarnya album ke empat bertajuk Raksasa. Eet Syahranie-lah yang kemudian menggantikan posisi Ian Antono pada gitar. <br /><br />Bermula dari Ahmad Albar, atau sebut saja Iyek, kelahiran Surabaya 16 Juli 1946. Bersama Ludwig Le Mans, Iyek lalu mengajak Fuad Hassan (dram), Donny Fattah (bass) dan Jockie Surjoprajogo (kibor) untuk membentuk band. Ketika itu tahun 1972. Nama God Bless diambil dari kartu pos kiriman teman Iyek di Belanda saat latihan di puncak. Di surat itu tertulis God Bless You. Maka God Bless-pun meniti dari bawah dengan membawakan lagu-lagu dari band-band asing seperti Deep Purple, Grand Funk Railroad, ELP, King Ping Me, James Gang dan Genesis.<br /><br />Album perdananya bertajuk God Bless, di sini jelas sekali pada lagu andalan Huma di Atas Bukit banyak terpengaruh sound Genesis. Di sini God Bless sudah mulai gonta-ganti personel. Formasi ketika mengeluarkan album ini adalah, Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Jockie Suryoprayogo dan Teddy Sujaya. Di tahun ini pula, God Bless mulai diakui eksistensinya dengan menjadi band pembuka ketika Deep Purple manggung Jakarta.<br /><br />Tahun 1980 God Bless baru meluncurkan album kedua yang berjudul bertajuk Cermin. Ketika itu Jockie Surjoprajogo keluar dan digantikan oleh Abadi Soesman yang sudah bergabung sejak tahun 1979. Di album ini, konsep musik God Bless sedikit berubah menghadirkan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit dan membutuhkan skill tinggi dalam memainkannya. Sayang dari segi komersial album in kurang laku, meski meraih sukses di Singapura dan Malaysia.<br /><br />Lalu album ke tiga dirilis tahun 1988 dengan judul Semut Hitam. Diproduseri oleh Log Zhelebour album ini meledak di pasaran dengan penjualan 600 ribu kaset dengan hitsnya seperti Rumah Kita, Semut Hitam, atau Kehidupan. Sebuah jumlah yang luar biasa untuk ukuran tahun 80-an. Di album ini, terjadi lagi perubahan konsep musik God Bless. Dari yang tadinya lebih bernuansa rock progresif secara drastis berubah menjadi sedikit lebih keras dengan adanya pengaruh musik hard rock dan heavy metal. Album ini menjadi album terlaris God Bless sepanjang sejarah. Tak hanya itu, album ini juga berhasil mengangkat kembali nama God Bless ke puncak popularitas, sekaligus menjadi perangsang kelompok musik rock yang lahir pasca God Bless saat itu.<br /><br />Setelah lama vakum pada 1997, God Bless termasuk kembalinya Ian Antono, bersepakat meluncurkan album baru yang berjudul 'Apa Kabar'. Beberapa saat kemudian Eet Sjachranie menyatakan mundur, setelah dia membentuk band Edane.<br /><br />God Bless kini tak muda lagi, namun mereka tetap ingin bernyanyi. Hingga kini, mereka cuma punya lima album. Yaitu; God Bless (1975), Cermin (1980), Semut Hitam (1988), Raksasa (1989), dan Apa Khabar (1997), dan sebuah album yang diaransemen ulang, The Story of God Bless (1990). Achmad Albar kini sudah 63 tahun. Ian Antono, sang gitaris, sudah 58 tahun. Begitu pula Donny Fattah (bas), Yaya (drum), dan Abadi Soesman (keyboard). Namun mereka masih tetap berkarya, dan bernyanyi. Sebab negeri ini masih membutuhkan nyanyian.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com38tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-31400884144852088382009-04-06T00:11:00.005+07:002009-04-06T00:25:18.883+07:00Nico Thomas, Juara Dunia Tiga Bulan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdjnVKboWOI/AAAAAAAAAQ0/Eim6rrfqIXY/s1600-h/NicoThomas.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 194px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdjnVKboWOI/AAAAAAAAAQ0/Eim6rrfqIXY/s320/NicoThomas.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5321257310501755106" /></a><br />23 Maret 1989, usai pertarungan yang berpeluh dan berdarah-darah di lantai ring hanya tertinggal sepi. Nico Thomas menangis di kamar ganti. Perasaan marah berkecamuk di dadanya. Serasa tak percaya bahwa hakim menyatakan bahwa pertarungannya dengan juara tinju dunia kelas terbang mini versi IBF antara Samuth Sithnareupol berakhir dengan seri. Sedangkan seri, artinya dia gagal dalam usahanya merebut gelar juara dunia dari tangan petinju Thailand tersebut. Hakim merampok sabuk juara, katanya pedih.<br /><br />Maka berbekal dendam kesumat itu dia meminta pertandingan diulang. Dia berlatih keras di dalam tempo tiga bulan untuk bisa melakukan pertarungan ulang melawan Samuth Sithnaurepol. Bernaung di Sasana Tonsco, milik Tinton Soeprapto, Nico dilatih oleh kakak kandungnya, Charles Thomas.<br /><br />Maka 17 Juni 1989 mereka kembali diadu di ring tinju Gelora Senayan Jakarta. Diawali tarian cakalele, tarian khas Maluku untuk membangkitkan semangat juang, Nico naik ring dengan berpakaian daerah ala Maluku. Ternyata, Nico memang lebih siap menghadapi pertarungan itu. Ia kini jauh lebih matang ketimbang penampilannya yang pertama. <br /><br />Dan dalam sebuah pertandingan yang menegangkan, usai bel ronde ke-12 berdentang, tiga hakim menyatakan kemenangan telak untuk Nico Thomas. Tiga hakim yakni Luis Race (Hawaii) dan Alec Villacampo (Filipina) memberikan angka 115-111, dan Hideo Arai (Jepang) memberi nilai 119-108. Jadilah dia juara dunia kelas terbang mini (47,6 kg) versi IBF!<br /><br />Dibesarkan dari keluarga petinju Nico Thomas sudah berlatih sejak kecil. Sang kakak Charles Thomas pernah menjadi juara nasional di ring amatir dalam lima kelas berbeda, yakni kelas layang, terbang, bantam, bulu, dan ringan. Dari Sang Kakak itulah dia terinspirasi untuk beradu tinju pada 1971-1982. <br /><br />Nicholas Thomas lahir di Ambon, 10 Juni 1966 anak nomor 12 di antara 16 bersaudara keluarga pasangan Julianus Thomas dan Helena Thomas, pada usia 14 tahun sudah berani bertanding di atas ring. Sebuah pertarungan eksebisi tiga ronde itu dilakukan di kampung halamannya yang langsung membuat pengda Pertina Maluku terpikat dengan penampilan Nico kecil. Maka pada tahun 1982, Nico dimasukkan program latihan di pusdiklat Ambon, 16 tahun usianya waktu itu.<br /><br />Nico Thomas berhasil membuktikan bakat besarnya. Hanya dalam beberapa bulan berlatih di pusdiklat, dia berhasil meraih medali emas dan terpilih sebagai petinju favorit dalam kejuaraan daerah tinju junior pada 1982. Selanjutnya, pada 1983, saat ikut kejurnas tinju junior, medali emas kembali berhasil diraihnya. <br /><br />Tahun 1985 Nico Thomas bergabung dengan kontingen Merah Putih di ajang SEA Games Thailand. Dari ring tinju Negeri Gajah Putih, dia meraih medali perak sebagai runner-up setelah di final bertemu petinju tuan rumah Thailand. Prestasinya di tinju amatir yang mengkilap tersebut yang memutuskan untuk beralih ke ring profesional tahun 1986.<br /><br />Nico Thomas menjadi menjadi juara dunia kedua yang dimiliki Indonesia di dekade 80, setelah <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/12/ellias-picang-sang-juara-dunia.html"><span style="font-weight:bold;">Ellias Pical</span></a> merebut gelar juara dunia IBF kelas bantam yunior dengan menang KO ronde ke-8 atas Jo-do Chun (Korsel) pada 3 Mei 1985. Namun sayang, gelarnya tak bertahan lama karena Nico Thomas kemudian kalah KO di ronde 5 dari penantangnya Eric Chavez (Philipina), di Jakarta, 21 September 1989. Nico Thomas akhirnya harus melepas gelar juara dunia kelas terbang mini IBF yang sempat disandangnya selama 96 hari atau 13 minggu dan 5 hari.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com41tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-72454257269051500802009-04-03T14:45:00.002+07:002009-04-16T20:38:55.649+07:00Peristiwa Lapangan Banteng, Kerusuhan di Musim Kampanye<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdW_TCgTjPI/AAAAAAAAAQs/dWaN3Ki1MWY/s1600-h/banteng.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 216px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdW_TCgTjPI/AAAAAAAAAQs/dWaN3Ki1MWY/s320/banteng.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5320368868618898674" /></a><br />Sebuah amuk meledak menjelang Pemilu tahun 1982. Tanggal 18 Maret 1982, terjadi bentrokan antara para simpatisan partai PPP dengan pendukung Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta. Tetap tak jelas mengenai asal-muasal keributan tersebut bisa terjadi. Apalagi ketika itu semua kebenaran sepenuhnya dipegang oleh pemerintah, dan ketika orang yang menyuarakan perbedaan dianggap sebagai pihak yang salah.<br /><br />Dan seperti api yang menjalar, kerusuhan segera merembet ke luar lapangan. Aksi segera berubah menjadi perusakan dan penjarahan terhadap mobil-mobil maupun toko-toko dan gedung-gedung yang berada di sekitar lokasi. Aparat Brimob dan ABRI turun ke lapangan untuk mengendalikan massa. Situasi dikuasai aparatur keamanan pada pukul 18.30.<br /><br />Amuk di Lapangan Banteng itu terjadi justru setelah Pangkopkamtib Laksamana Sudomo melaporkan situasi keamanan kepada <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/10/presiden-soeharto.html">Presiden Soeharto</a>. Ketika itu antara lain diperingatkan agar ketiga kontestan yakni PPP, Golkar dan PDI tetap waspada terhadap usaha sisa-sisa G30S/PKI dan golongan ekstrim lainnya yang akan memanfaatkan situasi terutama pada saat massa berkumpul. Menurut Sudomo golongan tersebut bekerja dengan cara melancarkan agitasi dan provaksi kepada massa atau secara langsung melakukan tindakan fisik untuk mengacau keamanan.<br /><br />Setelah kejadian tersebut, aparat keamanan kemudian menangkap 318 orang, 274 orang di antaranya sebagian besar pelajar SD, SMP dan SMA yang kemudian dilepaskan karena dianggap hanya ikut-ikutan dan masih di bawah umur. Sisanya, sebagian besar simpatisan PPP segera diproses untuk kemudian akan diajukan ke pengadilan. Menurut informasi yang beredar di kalangan pers, tak kurang dari tujuh orang meninggal sia-sia dalam peristiwa tersebut. Namun Sudomo menolak berita tersebut dan mengatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa Lapangan Banteng tersebut.<br /><br />Dalam keterangan resmi dari pemerintah melalui Pangkopkamtib Sudomo, peristiwa tersebut merupakan bagian dari suatu rencana yang telah disiapkan sebelumnya oleh suatu kelompok ekstrim. Dan bertujuan selain menggagalkan kampanye Golkar di Lapangan Banteng Jakarta juga demoralisasi Golkar dan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI, suatu organisasi pemuda yang bernaung di bawah Golkar), dan lebih lanjut untuk mencapai sasaran yang bersifat "<span style="font-style:italic;">strategis-politis-subversif</span>".<br /><br />Sasaran tersebut antara lain untuk mendesain suatu kekacauan yang sama di seluruh Indonesia dengan tujuan menggagalkan Pemilu 1982. Selain itu untuk menggoyahkan pemerintahan dan mendiskreditkan pemerintah, sehingga tercipta kondisi di mana rakyat tidak percaya lagi kepada pemerintah dan oposisi menentang/melawan pemerintah makin meningkat untuk selanjutnya menggulingkan dan mengganti pemerintah.<br /><br />Menurut penjelasan pemerintah itu walau telah diungkapkan keterlibatan simpatisan maupun anggota PPP dalam peristiwa pengacauan tersebut namun tidak berarti PPP sebagai organisasi telah terlibat. Ditegaskan juga oleh Pangkopkamtib bahwa anggota PPP yang bersangkutan bertindak di luar garis kebijaksanaan PPP dan atas tanggungjawab sendiri.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com40tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-81153422306301799692009-04-01T23:23:00.001+07:002009-04-01T23:26:08.756+07:00Warkop DKI, 5 Become 1<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdOVlnp8R1I/AAAAAAAAAQk/cVMxvzdVJYk/s1600-h/dki.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 234px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdOVlnp8R1I/AAAAAAAAAQk/cVMxvzdVJYk/s320/dki.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5319760058387285842" /></a><br />Bermula dari iseng, 5 pemuda mencoba membuat acara untuk siaran di Radio Prambors. Bertajuk Obrolan Santai di Warung Kopi yang disiarkan setiap hari Jum’at malam pukul 20.30 - 21.15. Mereka adalah Dono atau Wahjoe Sardono, Kasino (Kasino Hadiwibowo), Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), Nanu (Nanu Mulyono) dan Rudy Badil, yang terakhir kemudian menjadi wartawan senior Kompas. Tak disangka acara tersebut ternyata mendapat banyak sambutan sehingga kemunculannya selalu dinanti pendengarnya.<br /><br />Berangkat dari popularitasnya di Radio Prambos mereka lalu sepakat untuk berpindah ke panggung. Maka mulailah mereka merintis karir dari panggung ke panggung, dari pesta perpisahan SMA hingga ke hotel. Di saat itulah kemudian nasib menggariskan lain, salah satu personel mereka Nanu harus menghadap Tuhan, setelah penyakit lever menderanya. Setelah itu disusul Rudy Badil juga memutuskan keluar.<br /><br />Mereka kemudian juga sepakat untuk mengganti nama mereka sebagai Warkop DKI. DKI selain plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota selain juga akronim dari nama para personel. Pergantian nama ini sekaligus membebaskan mereka dari kewajiban membayar royalti seperti ketika masih menggunakan embel-embel Prambors di belakang mereka.<br /><br />Mencermati gaya lawakan Warkop DKI, tak ada hal yang terlalu serius untuk dipikirkan. Lawakan mereka masih banyak menampilkan hal-hal yang berbau slapstic. Mengolok-olok fisik orang lain, dalam hal ini Dono yang (maaf) bibirnya maju, sering kita temukan. Atau menertawakan kesialan teman yang jatuh lalu tertimpa tangga kadang masih juga memancing tawa. Faktanya adalah humor yang seperti ini banyak ditemukan hingga sekarang. <br /><br />Dan satu lagi yang sering ditemukan dalam setiap penampilan Warkop adalah penampilan gadis-gadis cantik. Hampir dalam setiap film-filmnya Warkop tidak lupa menampilkan adegan di pantai yang tentu saja menampilkan wanita-wanita berbusana minim dan seksi. Dalam film-filmnya banyak artis-artis yang juga terlibat seperti Eva Arnaz, Meriam Bellina, Ira Wibowo, Lia Warokka, Aminah Cendrakasih, Nurul Arifin dan Sally Marcellina untuk menyebut beberapa nama.<br /><br />Petualangan di layar perak dimulai tahun 1979 lewat filmnya Mana Tahaaan, yang disutradarai oleh Nawi Ismail. Dalam film ini Warkop yang masih diperkuat oleh Nanu bermain bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi. Rentang waktu karya mereka di tahun 1979 hingga 1994 tersebut , Warkop DKI telah menghasilkan 34 judul film layar lebar. Film-film Warkop memang sukses menangguk penonton. Salah satu filmya: Kesempatan Dalam Kesempitan yang dirilis tahun 1985, bahkan menjadi film terfavorit tahun tersebut, dan hanya kalah dari film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Lewat film itu juga trio Warkop DKI menjadi artis termahal dengan honor Rp. 15.000.000 per film. Suatu jumlah yang wah pada saat itu. Namun demikian kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik oleh komponis Henry Mancini tanpa izin atau mencantumkan namanya dalam credit film.<br /><br />Memasuki era televisi swasta, Warkop tampil di televisi dalam format sinetron komedi 30 menit, yaitu lewat Warkop Millenium. Tentu saja masih membawa pakem lama, menghadirkan cewek-cewek cantik dan segar. Namun kemudian nasib menggariskan lain. Tahun 1997 Salah satu personel yaitu Kasino tutup usia. Kemudian menyusul Dono meninggal dunia tahun 2001. Maka tinggallah Indro sebagai satu-satunya personel Warkop yang masih tersisa, yang mencoba untuk tetap menebar tawa.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-73635731631445747372009-03-30T19:43:00.004+07:002009-03-30T19:45:41.172+07:00Tragedi Tanjung Priok, Air Mata Tumpah di Priok<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdC-f_riblI/AAAAAAAAAQc/MEgKWoXQJPA/s1600-h/tragedi.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 220px; height: 320px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SdC-f_riblI/AAAAAAAAAQc/MEgKWoXQJPA/s320/tragedi.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5318960616803823186" /></a><br />Kemudian tanggal 12 September 1984, sesuatu terjadi.<br /><br />Seperti semua tragedi lain yang tetap menyisakan air mata. Tanggal itu akan dikenang sebagai hari yang kelam dalam perjalanan bangsa Indonesia. Tragedi Tanjung Priok yang telah menimbulkan pertumpahan darah, jiwa yang melayang. Jumlah korban dalam tragedi masih simpang siur, menurut hasil investigasi tim pencari fakta, SONTAK (SOlidaritas Nasional untuk peristiwa TAnjung prioK), diperkirakan sekitar 400 orang tewas, belum terhitung yang luka-luka dan cacat (www.ummah.net). Sementara menurut Komnas HAM dalam laporannya yang dimuat di Tempo Interaktif menyatakan korban sebanyak 79 orang yang terdiri dari korban luka sebanyak 55 orang dan meninggal 24 orang. Sementara keterangan resmi pemerintah korban hanya 28 orang.<br /><br />Tragedi bermula di hari Senin, 10 September 1984. Seorang oknum Anggota Babinsa Koja Selatan menyinggung perasaan ummat Islam. Ia masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got. Warga marah dan motor oknum tersebut dibakar. Buntutnya, empat orang pengurus mushala diciduk Kodim. Mereka Achmad Sahi, Syafwan Sulaeman, Syarifuddin Rambe dan M. Nur. Upaya persuasif yang dilakukan ulama tidak mendapat respon dari aparat.<br /><br />12 September 1984, malam hari di Jalan Sindang, Tanjung Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul juga meminta agar agar aparat melepas empat orang yang ditahan terdengar semakin keras. Ikut dalam acara itu Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana. Dalam khotbahnya menuntut pada aparat keamanan untuk membebaskan empat orang jemaah Mushola As Sa’adah yang ditahan. Sampai jam sebelas malam tidak ada jawaban dari Kodim, malah tank dan pasukan didatangkan ke kawasan Priok. <br /><br />Akhirnya, lepas jam sebelas malam, massa mulai bergerak menuju markas Kodim.<br />Massa yang bergerak ke arah Kodim, di depan Polres Metro Jakarta Utara, dihadang oleh satu regu Arhanud yang dipimpin Sersan Dua Sutrisno Mascung di bawah komando Kapten Sriyanto, Pasi II Ops. Kodim Jakarta Utara. Tanpa peringatan terlebih dahulu, tentara mulai menembaki jamaah dan bergerak maju. Gelegar senapan terdengar bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Aliran listrik yang sudah dipadamkan sebelumnya membuat kilatan api dari moncong-moncong senjata terlihat mengerikan.<br /><br />Setelah peristiwa, aparat TNI melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap orang-orang yang dicurigai mempunyai hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok. Korban diambil di rumah atau ditangkap disekitar lokasi penembakan. Semua korban sekitar 160 orang ditangkap tanpa prosedur dan surat perintah penangkapan dari yang berwenang. Keluarga korban juga tidak diberitahu atau diberi tembusan surat perintah penahanan. Para korban ditahan di Laksusda Jaya Kramat V, Mapomdam Guntur dan RTM Cimanggis. Semua korban yang ditahan di Laksusda Jaya, Kodim, Guntur dan RTM Cimanggis mengalami penyiksaan, intimidasi dan teror dari aparat. Bentuk penyiksaan antara lain dipukul dengan popor senjata, ditendang, dipukul dan lain-lain. <br /><br />Sampai sekarang siapa yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa itu tetaplah tanda tanya (berbagai sumber).joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com45tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-79516359811805761312009-03-24T22:40:00.002+07:002009-03-24T22:41:31.935+07:00Tabloid Monitor, Tentang Sekwilda dan Bupati<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Scj_IECV2uI/AAAAAAAAAQU/tGAIOXxBUuk/s1600-h/monitor.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 219px; height: 320px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Scj_IECV2uI/AAAAAAAAAQU/tGAIOXxBUuk/s320/monitor.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5316779874098469602" /></a><br />Tabloid Monitor hidup karena Arswendo Atmowiloto. Tapi Tabloid Monitor juga mati karena Arswendo Atmowiloto. Mula-mula Monitor terbit 1972-73, dikelola oleh TVRI. Tapi dia hanya bertahan sampai 24 nomor, lalu istirahat gara-gara oplahnya cuma 10 ribu. Monitor mencoba bangkit lagi pada 1980, tapi kembali terempas.<br /><br />Kemudian datanglah Arswendo. Di tangan Arswendo, alias Wendo, Monitor melejit menjadi tabloid hiburan yang laris. Empat tahun lalu, nomor perdana dicetak 200 ribu eksemplar, dengan harga Rp 300. Rupanya, tabloid "paling panas di Jakarta" itu berhasil meluncur mulus di tengah persaingan ketat. Berkat sentuhan jurnalistik bergaya lheer ala Arswendo, jadilah Monitor sebagai tabloid seks yang paling ser di Indonesia.<br /><br />Hanya dalam 10 edisi, Monitor meroket hingga 450 ribu eksemplar. Lalu pada bulan ke-5, menembus angka 640 ribu. Sesudah itu, laju kenaikannya mulai pelan, dan mencapai puncaknya pertengahan tahun lalu, konon 782 ribu eksemplar, berharga eceran Rp 500. Lalu ada tanda-tanda menurun. Arswendo mungkin bisa memaklumi ihwal kejenuhan pasar. Namun, agar tak berlarut-larut, dia katrol tabloidnya dengan peluncuran Monitor Minggu (MM), yang terbit setiap Sabtu pagi. Suatu gebrakan hebat. Belum ada tabloid yang mengisi akhir pekan. Alhasil, MM meluncur berselang-seling dengan Monitor mulai November tahun lalu.<br /><br />Dari segi penampilan, MM masih tetap perpegang pada pakem Arswendo: apalagi kalau bukan Sekwilda (sekitar wilayah dada), Bupati (buka paha tinggi-tinggi) dan kode buntut. Namun, agaknya, gara-gara kelahiran sang adik, Monitor reguler sempat terganggu oplahnya, turun jadi 600 ribuan. Tapi Wendo boleh tersenyum. MM punya tiras lebih dari 240 ribu eksemplar. Kalau ditotal, toh lebih dari 800 ribu eksemplar seminggu, cukup dekat dengan angka "keramat" Wendo.<br /><br />Bahwa mayoritas pembaca Monitor adalah kelompok konsumen yang bukan berkantung tebal, itu antara lain bisa tergambar dari peta iklannya. Masalah perbankan, asuransi, komputer, real estate, misalnya, jarang tampil di situ. Yang banyak dipajang di Monitor adalah advertensi obat batuk, obat pusing, sampo, atau iklan media. Petunjuk lain: kolom ramalan kode buntut itu.<br /><br />Tampaknya, kode buntut, itu hanya salah satu kiat Wendo untuk menjaring pembaca lebih banyak. Tapi kiat yang paling pokok, dan dilakukan Arswendo secara konsisten, adalah mengundang, sensasi lewat paha dan dada. Dia mengakui bahwa jurnalistiknya memang berkiblat pada seks.<br /><br />Selain gambar-gambar panas, lewat Monitor Wendo juga menjual gosip di kalangan artis. Untuk menggali gosip-gosip itu secara lebih tuntas, dia kerahkan artis-artis juga. Titiek Puspa, Emilia Contessa, dan Grace Simon adalah artis-artis yang pernah dipakai Arswendo. "Mereka dibayar Rp 2 juta sebulan," ujar Bambang Suwondo dari Litbang Gramedia.<br /><br />Tapi Monitor mati muda. Tahun 1990 karena dianggap menghina agama maka Tabloid monitor dibredel. Dan Arswendo pun dipenjara, lima tahun lamanya.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com42tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-82390905273289424632009-03-22T20:21:00.001+07:002009-03-22T20:24:42.941+07:00Mardi Lestari, Manusia Tercepat di Asia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ScY8CLaeLNI/AAAAAAAAAQM/TxGKQJogXZk/s1600-h/crossing-the-finish-line.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 253px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ScY8CLaeLNI/AAAAAAAAAQM/TxGKQJogXZk/s320/crossing-the-finish-line.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5316002418278673618" /></a><br />Ketika kecil dia lebih menyukai sepakbola ketimbang atletik. Mardi Lestari putra Jawa kelahiran Binjai, Sumatera Utara, 19 Januari 1967. Dari lintasan atletik bertaraf lokal akhirnya dia berhasil melanglang buana di tingkat internasional, berpacu dengan pelari-pelari papan atas dunia. <br /><br />Pada Olimpiade Seoul 1988 di lintasan atletik Stadion Olimpiade Seoul, Korea Selatan Mardi Lestari adalah satu-satunya wakil benua Asia yang masih bertahan dari 16 pelari yang masuk semifinal lomba 100 meter atletik olimpiade. Dengan waktu 10,32 detik yang dicatat saat babak kedua seri keenam dia masuk babak semifinal bersama dengan Carl Lewis (AS), Ben Johnson (Canada), Linford Christie (Inggris). <br /><br />Sebelumnya pada babak pertama, Mardi berhasil masuk tiga besar seri ke tiga dengan catatan waktu 10,40 detik. Di depan Mardi ada pelari pemegang rekor dunia waktu itu, Calvin Smith (AS) dengan waktu 10,28 detik dan berselisih 0,01 detik dengan sprinter Attila Kovacs dari Italia yang menyentuh finish dalam 10,39 detik. Sebelum Mardi Lestari, pelari Indonesia yang juga pernah menembus semifinal Olimpiade adalah sprinter Purnomo Mohammad Yudhi yang dicapai pada Olimpiade Los Angeles 1984. <br /><br />Sesudah prestasi 1988 Mardi ini, tidak seorang pelari Indonesia pun mampu lolos ke semifinal kejuaraan tingkat dunia, termasuk pada kejuaraan dunia atletik. Mardi mencatat prestasi fenomenal lain: merebut medali emas 100 dan 200 meter SEA Games, pekan olahraga kawasan Asia Tenggara yaitu Sea Games tahun 1989 yang berlangsung di Kuala Lumpur. Dia mencatat waktu 10,41 detik (100 meter) dan 21,00 detik (200 meter). Mardi juga mencetak hattrick pada 100 meter karena dia menjuarai juga nomor itu ketika SEA Games berlangsung di Manila 1991 dan di Singapura 1993. Tahun 1987 Mardi merebut medali perak nomor ini, kalah dari Suchart Jaisuraparp dari Thailand. <br /><br />Dari pentas PON XII di Jakarta, dari lintasan atletik Stadion Madya Senayan dia membuat sensasi. Hari itu 20 Oktober 1989, dia memecahkan tiga rekor sekaligus yaitu rekor PON, nasional, dan Asia pada nomor paling bergengsi 100 meter.<br />Mardi Lestari mengukir waktu 10,20 detik pada jarak 100 meter. Catatan waktu ini lebih cepat 0,08 detik dari rekor Asia sebelumnya yang dipegang oleh Li Tao dari Cina. Catatan waktu ini juga 0,12 detik dari rekor nasional lama ini yang diukir Mardi Lestari sendiri.<br /><br />Untuk tingkat nasional catatan Mardi segudang. Selain rekor nasional yang sedikitnya lima kali dipecahkannya (untuk 100 dan 200 meter) Mardi juga meraih gelar juara nasional. Pekan olahraga empat tahunan, PON, juga dua kali dikuasainya. Pada PON XII tahun 1989 dia merebut dua medali emas, juga dari nomor spesialisasinya 100 dan 200 meter. Ini diulanginya empat tahun kemudian pada PON XIII tahun 1993. Prestasinya yang dicatat dengan tinta emas ini mengantarnya menjadi Olahragawan Terbaik tahun 1988 dan 1989 pilihan para wartawan olahraga yang tergabung dalam Siwo/PWI.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com43tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-15085370501355712602009-03-20T06:11:00.002+07:002009-03-20T06:14:18.752+07:00Anita Cemerlang, Yang Muda yang Bercinta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ScLRty6TITI/AAAAAAAAAPk/qB0InUMODks/s1600-h/anita.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 237px; height: 320px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/ScLRty6TITI/AAAAAAAAAPk/qB0InUMODks/s320/anita.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5315041094941221170" /></a><br />Anita sering dikenal dengan wajahnya yang cantik. Sesosok gadis remaja, berwajah bersih, dan bermata indah. Selalu nampak tersenyum, meski sesekali bermuka muram. Namanya Anita Cemerlang. Maaf, saya sedang bercerita tentang majalah.<br /><br />Majalah remaja Anita dan kemudian menjadi Anita Cemerlang, adalah majalah dua mingguan dan terkemuka di dekade 80, terbit sejak Januari 1979 hingga tahun 2002. Anita langsung mendapat sambutan dari kalangan pembaca, terutama remaja, karena hanya sedikit dari majalah yang mengkhususkan menampilkan cerpen atau cerbung di setiap edisinya. Dengan pangsa pasar anak remaja, yaitu usia SMA hingga bangku kuliah awal, Anita Cemerlang tampil beda dengan majalah yang ada yang biasanya hanya menyajikan cerpen sebagai sisipan saja.<br /><br />Anita tampil dengan ciri khasnya yaitu dengan tampilan cover berupa lukisan sesosok wajah, tentu saja wanita dan cantik. Kadang Anita muncul dengan paras artis terkenal waktu itu seperti Paramitha Rusady, Desi Ratnasari atau Nurul Arifin, namun tetap dalam bentuk lukisan cat air, dan bukan foto. Tim pelukis sampul ada beberapa orang, yang karyanya tampil bergantian. Sampul itu harus jadi tiga hari sebelum cetak, sehingga para pelukis itu harus bisa berkarya di bawah tekanan tenggat.<br /><br />Pada awal terbitnya, majalah ini dikomandani antara lain oleh Kurniawan Junaedhie dan Yanie Wuryandari, lalu masuk pula Adhie Massardi. Tak lama setelah itu, juga ada Adek Alwi, yang kemudian menjadi pengasuh terlama di Anita, mencapai hampir 10 tahun. Selain itu tercatat juga nama Bens Leo yang belakangan dikenal sebagai pengamat musik Indonesia pernah menjadi pemimpin redaksi Anita. Pada masa keemasannya, Anita sempat terbit tiga kali sebulan, dengan tiras mencapai 65 ribu eksemplar setiap kali terbit. <br /><br />Menjelang pertengahan tahun 1990-an Anita mulai tergoda juga untuk meninggalkan ciri khasnya selama ini. Persaingan yang tajam di antara ceruk majalah remaja membuat Anita mulai mencoba sesuatu yang baru. Selain tampil dengan ciri khasnya fiksi khas remaja, Anita juga mulai menampilkan artikel nonfiksi, membahas tentang mode, fashion, film, sampai gosip artis. Saat itu Anita Cemerlang juga sudah mulai memajang foto-foto model pria, layaknya majalah muda lainnya yang ada seperti Aneka, Kawanku atau Gadis.<br /><br />Setelah mengalami masa jaya selama beberapa tahun, pamor majalah ini mulai menyurut. Terutama disebabkan sejumlah faktor, di antaranya persaingan dengan media lain yang kian ketat. Termasuk maraknya internet, yang turut merubah kebiasaan membaca dari majalah konvensional ke era digital. Majalah ini kemudian tutup pada tahun 2002. <br />Meski hanya majalah yang bercerita tentang dunia remaja, persoalan cinta segala problemanya, namun Anita memiliki peran cukup penting dalam dunia kepenulisan di Indonesia. Yaitu perannya yang cukup besar dalam menumbuhkembangkan bibit-bibit penulis muda potensial. <br /><br />Beberapa di antaranya kelak menjadi para penulis yang cukup diperhitungkan, baik di bidang fiksi maupun di ranah jurnalistik. Ada nama-nama seperti Gus tf Sakai, Agus Noor, Sujiwo Tejo, Donatus A Nugroho, Leila Chudori, Nestor Rico Tambunan, Kurnia Effendi, Gola Gong, Gustin Suradji atau Zara Zattira ZR.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com55tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-77405865649653788762009-03-16T16:10:00.004+07:002009-04-16T20:34:39.483+07:00Peristiwa Lampung, Percik Api di Talangsari<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sb4YBimQP3I/AAAAAAAAAPc/HSwujOBdhBo/s1600-h/talangsari.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 306px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/Sb4YBimQP3I/AAAAAAAAAPc/HSwujOBdhBo/s320/talangsari.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5313711025089953650" /></a><br />Sebuah surat tiba di hari senja. Surat yang dikirim tertanggal 1 Februari 1989 itu bertanda tangan dari Kepala Dukuh Karangsari. Ditujukan kepada Komandan Koramil (Danramil) Way TePara, Kapten Soetiman, yang menyatakan bahwa di dukuhnya ada orang-orang yang melakukan kegiatan mencurigakan. Yang disebut sebagai orang-orang itu adalah Warsidi dan kelompok pengajian yang menamakan diri sebagai Komando Mujahidin Fisabilillah, berlokasi di Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Lampung Tengah.<br /><br />Oleh karenanya pada 6 Februari 1989 pemerintah setempat melalui Musyawarah Pimpinan Kecamatan (MUSPIKA) yang dipimpin oleh Kapten Soetiman (Danramil Way Jepara) merasa perlu meminta keterangan kepada Warsidi dan pengikutnya. Berangkatlah sebuah rombongan dari Kantor Camat Way Jepara, menuju kompleks kediaman Anwar. Dipimpin oleh May. Sinaga memimpin, Kepala Staf Kodim Lampung Tengah. Rombongan besar terdiri dari Kapten Soetiman, Camat Zulkifli Malik, Kapolsek Way Jepara Lettu (Pol.) Dulbadar, Kepala Desa Rajabasa Lama Amir Puspamega, serta sejumlah anggota Koramil dan hansip. Seluruhnya berjumlah sekitar 20 orang.<br /><br />Terjadi kesalahpahaman di antara dua kelompok yang menyulut bentrokan. Kedatangan Kapten Soetiman disambut dengan hujan panah dan perlawanan golok. Dalam bentrokan tersebut Kapten Soetiman tewas. <br /><br />Tewasnya Kapten Soetiman membuat Komandan Korem (Danrem) 043 Garuda Hitam Lampung Kolonel AM Hendropriyono mengambil tindakan terhadap kelompok Warsidi. Sehingga pada 7 Februari 1989, 3 peleton tentara dan sekitar 40 anggota Brimob menyerbu ke Cihideung, pusat gerakan. Menjelang subuh keadaan sudah dikuasai oleh ABRI. <br /><br />Menurut data Komite Solidaritas Mahasiswa Lampung (Smalam), tim investigasi dan advokasi korban peristiwa Talangsari, setidaknya 246 penduduk sipil tewas dalam bentrokan tersebut. Sementara menurut Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyebut 47 korban dapat diidentifikasi jenazahnya, dan 88 lainnya dinyatakan hilang. Jumlah yang sesungguhnya masih misterius. Menurut buku Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Lampung, terbitan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan dan Sijado, korban berjumlah 300 orang.<br /><br />Ratusan anak buah dan pengikut Warsidi ditangkap. Sampai kini para korban peristiwa Talangsari masih hidup dalam stigma Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), Komunitas Antipemerintah atau Islam PKI. Mereka terus menanggung beban sosial di masyarakat, dan tidak mendapatkan hak sebagai warga negara.<br /><br />Siapakah sesungguhnya kelompok Jemaah Warsidi tersebut? Di sebut-sebut keompok pengajian itu banyak mengkritisi pemerintahan Orde Baru yang dinilai gagal menyejahterakan rakyat. Mereka juga mengecam asas tunggal Pancasila, yang mereka nilai sebagai biang kemelaratan rakyat Indonesia. Jemaah Warsidi mengecam pemerintah yang gagal menyejahterakan rakyat dan gagal menciptakan keadilan, konomi hanya dikuasai kaum elite yang dekat dengan kekuasaan. Jemaah Warsidi kemudian menyimpulkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah produk gagal.<br /><br />Menanggapi peristiwa Talangsari berdarah tersebut <a href="http://dekade80.blogspot.com/2008/10/presiden-soeharto.html">Presiden Soeharto</a> seperti disampaikan Ketua MUI Hasan Basri, seusai menghadap Kepala Negara di Bina Graha mengatakan, “janganlah karena perbuatan sekelonmpok kecil orang, merusak nama baik umat Islam yang besar jumlahnya di Indonesia" <br /><br />Apapun pertumpahan darah di antara sesama pemilik negeri ini sungguh sangat mahal harganya. Dugaan terjadinya pelanggaran HAM oleh aparat hingga kini juga masih tetap misteri. Korban penyerbuan aparat keamanan terhadap kelompok Warsidi pun hingga kini terpecah dalam dua kelompok. Satu kelompok yang menamakan dirinya Korban Kekerasan Militer di Lampung (Koramil) menuntut agar Komnas HAM menyelesaikan secara hukum kasus pelanggaran berat HAM pada kasus tersebut. Kelompok lainnya, yang menamakan diri Forum Persaudaraan Antar Umat (Format) dan Gerakan Ishlah Nasional (GIN), menuntut Komnas membiarkan mereka menyelesaikan persoalan melalui pendekatan kekeluargaan dengan para pelakunya (berbagai sumber).joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com58tag:blogger.com,1999:blog-3553288467904176825.post-74023454866258786992009-03-14T21:37:00.001+07:002009-03-14T21:42:14.165+07:00Vina Panduwinata, Burung Camar yang Centil<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SbvCJ5hVOUI/AAAAAAAAAPU/2387fJlWLIw/s1600-h/vina.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 199px; height: 320px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_18U6NGz-y0A/SbvCJ5hVOUI/AAAAAAAAAPU/2387fJlWLIw/s320/vina.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5313053660728867138" /></a><br />Dia dikenal dengan gaya centilnya. Kecentilan itu tidak saja pada gaya fisik, wicara, tapi juga pada vokalnya yang serak-serak manja, plus selingan desah mesra. Gayanya yang khas membuat Vina sempat menjadi ikon pop era 1980-an. Penyanyi-penyanyi pendatang baru di dekade 80 pun sempat meniru-niru gaya Vina tersebut. Dan terinspirasi oleh kecentilan Vina itulah kemudian musisi Dodo Zakaria melahirkan lagu Di Dadaku Ada Kamu. Menurut Dodo, Vina memang pas membawakan lagu lincah dan centil. Ternyata memang benar, lewat album ke tiga Vina yang berjudul Cerita Ceria (1984) tersebutlah semakin menegaskan warna vokal Vina yang genit, dengan lirik-lirik jenaka dan bermelodi riang.<br /><br />Terlahir dengan nama Vina Dewi Sastaviyana Panduwinata, lahir di Bogor 6 Agustus 1959. Dibesarkan dalam keluarga pecinta musik, bakat menyanyi Vina agaknya menurun dari sang ibu yang berdarah Ambon - Manado, Albertine Supit. Ayahnya R Panduwinata, yang diplomat membawa Vina kecil untuk berpindah-pindah negara mengikuti mengikuti tugas ayahnya. Banyak yang tidak tahu, sewaktu tinggal di Jerman pada usia SMA Vina pernah membuat rekaman single di perusahaan rekaman RCA Hamburg, Jerman, yaitu Java dan Single Bar (1978) serta Sorry Sorry dan Touch Me (1979).<br /><br />Vina yang selagi muda mengidolakan Dionne Warwick, Samantha Sang, Barbara Streisand, dan Karen Carpenter pertama kali mengeluarkan album berjudul Citra Biru di tahun 1981. Pada album perdana tersebut Vina berkerja sama dengan musisi musisi Mogi Darusman. Di album tersebut terdapat hits Citra Biru yang merupakan karya James F Sundah, musisi yang banyak menghasilkan hits seperti Lilin-Lilin Kecil yang dibawakan oleh Crisye, serta Sakuku Rata yang mengorbitkan Ruth Sahanaya. <br /><br />Kemudian album ke dua Vina dirilis tahun 1982 berjudul Citra Pesona. Di album itu Vina banyak mendapat sentuhan dari musisi papan atas semacam Dodo Zakaria, James F Sundah, plus penata musik Addie M.S. Album yang mulai melambungkan nama Vina itu berisi lagu antara lain "September Ceria", "Dunia yang Kudamba", "Resah", dan "Kasmaran".<br /><br />Lagu Burung Camar yang dirilis tahun 1985, merupakan lagu yang begitu identik dengan Vina, sampai-sampai dia mendapat julukan sebagai Si Burung Camar. Tentang sebutan itu adalah Koes Hendratmo yang memulainya sewaktu final Festival Lagu Populer Nasional (1985). Selain itu Vina juga masih mempunyai sederet hits, sebut saja: Surat Cinta, Cium Pipiku, Kumpul Bocah, Ratu Sejagat, Aku Melangkah Lagi, September Ceria.<br /><br />Selain menghasilkan solo album Vina juga pernah tergabung dalam grup Rumpies bersama Trie Utami, Malyda dan Atiek CB, menghasilkan hits Nurlela. Di luar album, Vina berjaya di ajang festival. Tiga kali berturut-turut ia mendapat gelar penyanyi berpenampilan terbaik pada Festival Lagu Populer Nasional. Tahun 1983 ia menang lewat lagu Salamku Untuknya ciptaan Adji Soetama dan Irianti Erningpradja. Kemudian Aku Melangkah Lagi (Santoso Gondowidjojo, 1984), serta Burung Camar (Aryono Huboyo Djati dan Iwan Abdulrachman, 1985).<br /><br />Hingga di era 1990-an, Vina masih tetap populer lewat lagu seperti Rasa Sayang Itu Ada pada 1991. Di tahun 1992 Vina mengeluarkan single Mutiara yang Hilang lagu yang pernah dipopulerkan Ernie Djohan pada akhir 1960-an. Vina juga pernah berduet dengan Broery Pesulima lewat lagu Bahasa Cinta, dan tahun 1995 ia mempopulerkan lagu Aku Makin Cinta ciptaan Loka M Prawiro.<br /><br />Atas dedikasi dan prestasinya sepanjang hidupnya yang diperuntukan bagi music, Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberi penghargaan Lifetime Achievement 2006.joehttp://www.blogger.com/profile/17107357175164009352noreply@blogger.com33