Minggu, 19 April 2009

Tragedi Bintaro, Air Mata di Atas Kereta


Mayat-mayat begelimpangan, sebagian dalam keadaan tidak utuh. Bau darah anyir memenuhi udara. Tubuh-tubuh yang lain terjepit di antara besi-besi, sebagian masih hidup. Hari itu 19 Oktober 1987. Dua buah kereta api yakni KA255 jurusan Rangkasbitung – Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanahabang – Merak bertabrakan di dekat stasiun Sudimara, Bintaro. Peristiwa itu terjadi persis pada jam sibuk orang berangkat kantor, sehingga jumlah korban juga besar sangat besar yakni 153 orang tewas dan 300 orang luka-luka.

Peristiwa itu merupakan yang terburuk setelah peristiwa tabrakan kereta api tanggal 20 September 1968, yang menewaskan 116 orang. Tabrakan terjadi antara kereta api Bumel dengan kereta api cepat di Desa Ratujaya, Depok.

Bermula ketika KA 225, Stasiun Sudimara pada pukul 6:45. Selang 5 menit kemudian, Jamhari, (petugas PPKA Sudimara) menerima telepon dari Umriadi (Petugas PPKA Kebayoran Lama) yang mengabarkan KA no.220 berangkat menuju Sudimara. Jamhari pun lantas memerintahkan masinis KRD 225 yang berada di jalur 3 dilansir ke Jalur 1.
Di kilometer 18 dari Stasiun Tanah Abang peristiwa terjadi. Mendekati Kampung Bintaro seperti biasa, peluit kereta dibunyikan oleh masinis Slamet. Namun dari arah yang berlawanan tiba-tiba datang KA 220. Tak ayal dua lokomotif yang terdiri dari tujuh gerbong dan sama-sama sarat dengan penumpang tersebut bertabrakan secara frontal. Beberapa penumpang yang duduk di atas atap sempat melompat namun sebagian lagi tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya kondisi gerbong yang beradu muka sama-sama hancur mengenaskan.

Polisi menyebutkan, kesalahan terindikasi dilakukan oleh Pemimpin Perjalanan KA (PPKA) Stasiun Serpong yang lalai melihat tanda di komputer bahwa kereta dari arah Stasiun Sudimara sudah diberangkatkan. Tanpa melihat komputer, ia langsung memberangkatkan KA jurusan Jakarta. Sementara dari arah Jakarta (Stasiun Sudimara) pun kereta sudah melaju.

Akibat tragedi tersebut masinis Slamet Suradio diganjar 5 tahun kurungan. Ia juga harus kehilangan pekerjaan, maka ia memilih pulang ke kampung halamannya menjadi petani di Purworejo sana. Kini ia menapaki masa senjanya dibalut kemiskinan dan menanti seberkas sinar terang untuk memperoleh pengakuan atas jerih payah pengabdian selama lebih 20 tahun di atas roda besi.

Nasib yang serupa juga menimpa Adung Syafei (kondektur KA 225). Dia harus mendekam di penjara selama 2 tahun 6 bulan. Sedangkan Umriadi (Pemimpin Perjalanan Kereta Api, PPKA, Stasiun Kebayoran Lama) dipenjara selama 10 bulan.

Sedangkan seorang mantan pengatur sinyal kereta api yang juga dinyatakan bersalah dan kini menapaki masa tua juga dengan penuh penantian. Meskipun setelah melalui banding, ia sudah diputus tidak bersalah, namun hingga kini hanya bisa menunggu datangnya mukjizat untuk memperoleh pengakuan atas pengabdiannya selama lebih dari dua puluh tahun. Badan ringkih itu kini acapkali nampak ada di stasiun Rangkas Bitung, sekedar untuk nostalgia dan tentu saja memperoleh belas kasihan kolega yang juga sama-sama pantas dikasihani.

Dan Iwan Fals pun melantunkan kepiluan tragedi nasional itu. Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah. Meninggalkan tanya yang tak terjawab, bangkai kereta lemparkan amarah. Air mata... air mata....

77 komentar:

Yari NK mengatakan...

wah... iya nih... saya masih ingat tragedi yang sangat mengenaskan ini di tahun 1980an. Waktu itu beritanya diikuti via TVRI, maklum waktu itu TV baru hanya ada TVRI aja di negeri ini....

IjoPunkJUtee mengatakan...

Pengabdian berpuluh tahun hilang lenyap tanpa bekas, entah karena kesalahan atau disalahkan...???

sawali tuhusetya mengatakan...

tragedi bintaro seharusnya menjadi pelajaran berharga buat jajaran perkeretaapian. tapi, kenapa peristiwa demi peristiwa yang hampir sama selalu terulang?

brown sugar mengatakan...

Ehhh....aku masih kelas 4 SD waktu itu.......jadi teringat nonton pilemnya di bioskop ampe mewe mewe....diboncengin naik pespa ...
Hiks...bener bener menyayat hati waktu itu

Indo Girl mengatakan...

cerita yang selalu mengundang air mata..btw, txs atas kunjunganya kawan..

Unknown mengatakan...

inget2 lupa nih sama tragedi ini. yg pasti beritanya jadi headline bgt tuh di suratkabar.

suwung mengatakan...

tolong dong ditulis juga yang tabrakan kereta di purwosari bosssssss

mrpall mengatakan...

aku jadi teringat lagunya iwan fals....

joe mengatakan...

@ Yari NK:
Iya, udah gitu gambarnya hitam putih (punyaku lho...)

@ IjoPunkJUtee:
Begitulah nasih orang kecil...

@ sawali tuhusetya:
semoga tidak terulang lagi ya pak...

@ brown sugar:
Iya pernah dibuat film dengan sutradara Buce Malawau, pemeran utama Roldiah Matulessy dan pemeran pembantu: Ferry Octora; Lia Chaidir; Asrul Zulmi; Aspar Paturusi; Nyoman Ayu Lenora; Cynthia Fransiska; Ferry Iskandar; Andi Hermawan

@ Cerita Pagi:
sama-sama boss...

@ Sang Cerpenis Bercerita:
Iya betul...

@ suwung:
Wah, gak janji tapi...

@ mrpall:
Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah. Meninggalkan tanya yang tak terjawab, bangkai kereta lemparkan amarah. Air mata... air mata....

one stop blogging mengatakan...

Lagunya Iwan Fals berjudul 1910

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusa orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata...air mata....

Belum usai....peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi cacat dalam sejarah
Air mata...air mata

Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapan bela sungkawa
Aku bosan....

Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati

Nusantara...tangismu terdengar lagi
Nusantara....derita bial berhenti

Bilakah...bilakah.....

Sembilan belas Oktober...tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata...air mata

Nusantara....langitmu saksi kelabu
Nusantara....terdengar lagi tangismu
Nusantara....kau simpan kisah kereta
Nusantara....kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

Anonim mengatakan...

Info yang menarik, saat itu saya masih bayi... jadi gak ngikutin beritanya.
makasih ya udah berkunjung

Lala mengatakan...

Wah saat itu aku blom ada di dunia.
Yah namanya musibah, kita petik hikmah dibaliknya...

btw, makasih ya udah mampir di blog:)

joe mengatakan...

terus di mana dong?
Ya sama-sama ...

Anonim mengatakan...

Kisah si juned
Profil juned alias juneidi wijaya, salah satu korban kecelakaan kereta api di bintaro, jakarta. kaki kirinya diamputasi sedang kaki kanan di gips. ibunya, lena, berniat membesarkan juned.

JUNED mengerang, "Emak,... haus,... lapar, Mak... " Ibunya, Lena, hanya bisa memandangi. Sampai Minggu yang lalu, bocah tujuh tahun ini masih diinfus, belum boleh diberi makanan. Kaki kanannya digips, tak bisa digerakkan. Kaki kirinya sudah diamputasi. Juneidi Wijaya, nama lengkap anak ini, terbaring di RSCM Jakarta. Ia salah satu korban tabrakan kereta api yang masih dirawat. Di pembaringan itu, berserakan mainan anak-anak.
Termasuk dua game watch pemberian keluarga Eddie Nalapraya.

Senin pekan lalu, Juned bersama empat saudara kandungnya, disertai neneknya, Minah, bermaksud mengunjungi Desa Tenjo, Serpong. Ini desa kelahiran Nenek Minah. Sejak ayah dan ibunya cerai, Juned bersaudara memang diasuh Nenek Minah itu. Mereka naik kereta api nomor 220 dari Tanah Abang. Seperti yang terjadi, kereta api itu tak sampai di tujuan. Begitu pula Nenek Minah dan kelima cucunya. Mereka, yang berada di gerbong terdepan, tergencet ketika tabrakan maut itu terjadi dan meninggal saat itu juga.

Hanya Juned yang wajahnya tersembul di dinding reruntuhan gerbong. Petugas penolong berjuang keras mengangkat tubuh Juned dari impitan baja. Setelah dua belas jam, tubuh bocah itu dapat diangkat. Ketika diangkat ke tandu, Juned mencoba tersenyum. Padahal, kaki kirinya itu sudah remuk. Ia murid kelas II SDN Sukabumi Ilir 11 Pagi, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ketika pembagian rapor Sabtu pekan lalu, Juned menduduki ranking ke-7 dari 17 murid. Ada angka merah (nilai 5) untuk pelajaran IPA. Tapi nilai rata-ratanya 6,3. Untuk seorang Juned, yang pulang sekolah langsung harus mondar-mandir ke jalan berjualan koran, dan hampir membiayai sendiri sekolahnya -- malah kadang-kadang suka memberi uang untuk adiknya Astuti yang ikut jadi korban -- prestasinya lumayan.

Wagub DKI Jaya Eddie Nalapraya berkeinginan mengangkat Juned menjadi anak angkatnya. Namun, anak ini memilih tinggal dengan ibunya. "Juned akan tetap saya pelihara, karena ia satu-satunya anak yang tersisa," kata Lena, yang melahirkan lima anak. Sabtu petang pekan lalu, seorang pria menjenguk Juned. Ia berbicara panjang lebar dengan Lena, menjajaki kemungkinan mengasetkan kisah Juned. Imbalan untuk Juned: sebuah kaki palsu. Lena belum memberi persetujuan.

Antaresa Mayuda mengatakan...

ih ngeri...

Anonim mengatakan...

mengkingatkan masa lalu...

Anonim mengatakan...

setuju pak sawali
celakanya, tragedi bintaro (dalam kapasitas kecil) selalu berulang. Kereta anjlok, yg hmpir terjadi tiap hari itu adalah potret buram PT KAI yg tak pernah bersih

Anonim mengatakan...

setuju pak sawali
celakanya, tragedi bintaro (dalam kapasitas kecil) selalu berulang. Kereta anjlok, yg hmpir terjadi tiap hari itu adalah potret buram PT KAI yg tak pernah bersih

SunDhe mengatakan...

wow..
suka sejarah juga yah??
hikz..

humor lucu mengatakan...

calon ahli sejarah nih

YAYAN mengatakan...

wah mpe sekarang rel kalibata katanya sering kedengaran suara2 misteri tuh..tragedi yg memilukan..nice post kang

joe mengatakan...

iya tu, katanya sekarang daerah sana jadi horor ...

Pencerah mengatakan...

semoga tidak terulang lagi dan keadilan tetap ditegakkan pada semua orang

parlin mengatakan...

wah.. baru tau tentang tragedi ini...
miris memang, nyawa demikian murahnya dalam tragedi.

suryaden mengatakan...

tragedi kok bola-bali yo mas...

joe mengatakan...

lha iya bola-bali kok tragedi...

Ajeng mengatakan...

Antara ingat dan tidak sih.. Mas,njenengan Kedirinya mana? Saya ngajar di MAN 3 Kediri.

joe mengatakan...

aku di Perum Bumi Asri mbak, eh Bu Guru... Asli Pacitan sih, tapi sudah dua tahun kerja di Kediri...

sungaikuantan.com mengatakan...

wuis.... dalam banget nih informasi nya... aku cuma bisa manggut2 aja mas..
coz aq baru lahir didunia blogosper ini.... bantu aku beranjak dewasa donk mas...
tukeran link geto....
hihihi... link mas dah aku pasang ditempat aku .... siip.......

joe mengatakan...

aku juga masih baru kok, semangat ya, biar alexa dan PR nya bagus, maaf sekarang belum bisa aku link, aku punya kriteria kok dalam bertukar link...
tetap semangat ...

windi mengatakan...

potret buruk transportasi di Indonesia...

Unknown mengatakan...

Waktu peristiwa terjadi saya masih kuliah di STAN Jurangmangu

riosisemut mengatakan...

Trimakasih udah sudi mampir di blog sederhanaku.

riosisemut mengatakan...

Trimakasih udah sudi mampir di blog sederhanaku.

grubik mengatakan...

makin ke sini, kecelakaan justru keliatannya makin biasa...

loly mengatakan...

duuhh mas jo mengingatkan kmbali peristiwa itu, tragis sih mmng..tapi waktu itu loly masih di padang..belum dijakarta.jadi nggak liat langsung peristiwanya..

zoel mengatakan...

hmm begitu ya cerita nya

Penyamun Blogger mengatakan...

kisah haru tuh...

MUKIYO mengatakan...

Saya masih kelas 2 SD, gak punya tipi lagi.

Sekarang saya ngerti kenapa Iwan Fals membuat lagu itu.

Makasih...

Rystiono mengatakan...

Wah, saya malah cuma dengar cerita dari kakek saya yang pas kejadian itu dulu bekerja di Bintaro sana...

Denger cerita kakek lebih ngeri daripada baca arsip berita...

endar mengatakan...

sampai sekarangpu masih sering kita dengar kecelakaan kereta api. ngeri sekali mas

joe mengatakan...

sebuah PR bagi pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang nyaman dan aman bagi masyarakat ...

easy mengatakan...

bukankah negara ini memang selalu memiliki banyak cerita kelam ?
ga dulu ga sekarang

casual cutie mengatakan...

casual cutie baru tau kejadian ini. maklum pada waktu kejadian casual cutie br berumur 3th, belum punya tv juga..

Mufti AM mengatakan...

Kini kejadian tabrakan KA bahkan transportasi lain sering terulang dan pejabat tak ada yang mau atau mengakui bertanggung jawab.

fidel mengatakan...

Lolos di Bintaro, Tewas di Rangkasbitung

"PENUMPANG yang biasa naik kereta jurusan Tanah Abang-Serpong-Rangkasbitung pasti tahu Buyung. Sudah lama dia menjadi pedagang asongan di dalam kereta yang melintasi jalur itu," ujar sejumlah ibu rumah tangga yang datang melayat ke rumah duka di Kampung Rancatimah, Kelurahan Cijoro Lebak, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (25/10) siang.

Ibu-ibu rumah tangga itu merasa yakin, Buyung dikenali oleh banyak penumpang kereta. Hal itu selain karena telah belasan tahun Buyung mencari nafkah di atas gerbong kereta, salah satu korban tabrakan kereta di Rangkasbitung itu pun memiliki ciri khas. Ciri khas Buyung yang bernama lengkap Samsul Bahri itu adalah cacat di telapak tangan kirinya. Empat jari tangan Buyung tidak ada lagi bersama sebagian telapak tangannya. Hanya ibu jari yang masih menempel di telapak tangan kirinya. "Cacat di tangannya akibat kecelakaan kereta di Bintaro. Empat jarinya ketika itu putus," ujar Ny Ebah (37), istri Buyung, sambil terus terisak.

Dua anak kembarnya yang masih berusia empat tahun, Rizal dan Nuryati, hanya bisa memandang ibunya. Dua anak itu rupanya masih belum mengerti, keluarganya telah tertimpa musibah. Rizal dan Nuryati tidak tahu, ayah kandung mereka telah meninggalkan mereka untuk selamanya.

Meskipun nyaris meninggal akibat tabrakan yang lebih dikenal sebagai "Tragedi Bintaro" pada Oktober 1987 itu, Buyung kembali mencari nafkah di atas gerbong kereta setelah luka-lukanya sembuh. Hidup Buyung mungkin sudah digariskan selalu berada di atas kereta sampai akhir hayatnya, sepanjang hari, dari siang sampai malam.

Seorang warga Serpong, Tonny, menyatakan, pernah melihat Buyung menjadi pengecer koran, tidak lama setelah keluar dari RSU pada tahun 1987 itu. Dia sempat melihat Buyung berjualan koran di sekitar Pasar Serpong. Namun, alih pekerjaan itu tidak berlangsung lama. Beberapa minggu kemudian, Tonny tidak melihat lagi Buyung menjajakan koran di Serpong.

Rupanya Buyung kembali mencari nafkah di atas gerbong kereta. Dia kembali menjual teh botol dingin dan minuman ringan lainnya kepada penumpang yang selalu memadati kereta Rangkasbitung-Serpong-Tanah Abang. Buyung pun kemudian dikenal banyak penumpang sebagai salah seorang pedagang asongan di atas kereta.

"Semua petugas kereta api jurusan Rangkasbitung-Jakarta pasti kenal dia," kata seorang ibu rumah tangga tetangga korban.

Mungkin karena sudah begitu dekat dengan para petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI), khususnya dengan awak kereta di ruas Merak-Rangkasbitung-Serpong-Tanah Abang, pada Kamis dini hari Buyung pun duduk di ruang loko kereta. Di tempat itu mungkin Buyung turut panik bersama masinis, ketika akhirnya kereta bernomor perjalanan KA 930 yang mereka tumpangi bertabrakan dengan kereta pengangkut batu bara KA 2123 di Rangkasbitung.

***

LOKASI tabrakan di Sta 80 + 5/4 itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah kontrakan yang ditempati Buyung dan keluarganya. Bersama istrinya, Ebah, yang berasal dari Garut, Jawa Barat, Buyung tinggal di rumah berkamar satu yang lebih tepat disebut bedeng itu, sejak tujuh tahun lalu.

Karena tempat tinggalnya yang sempit itulah, tetangga-tetangga korban memindahkan rumah duka ke rumah salah seorang dari mereka yang jauh lebih luas. Di rumah itu, tetangga melayat dan menyampaikan rasa simpati mereka kepada Ebah dan dua anaknya.

Ebah sendiri mengetahui kepastian suaminya meninggal dunia pada Kamis pagi. Dia diberi tahu beberapa orang tetangganya. Jasad Buyung yang rusak parah dan sulit dikenali diketahui dari beberapa barang miliknya. Di bagian bawah puing loko itu pula, ember yang digunakannya untuk berjualan minuman dalam botol dan pecahan-pecahan botol minuman berserakan.

Beberapa barang miliknya, seperti jam tangan yang telah rusak, uang pecahan Rp 100,
Rp 500, Rp 1.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000, yang jumlahnya
Rp 57.300 ditemukan pula, karena masih tersimpan di dalam tas pinggang yang menempel di tubuhnya. Tas pinggang warna hitam dan beberapa lembar uang kertas bercampur dengan darahnya. "Ini hasil berjualan teh botol kemarin," kata Ebah.

Ebah yang saat ini mengaku tengah hamil dua bulan menambahkan, ia tidak mempunyai firasat bakal kehilangan suaminya. Peristiwa yang dianggapnya berkaitan dengan kepergian suaminya adalah ketika tiga hari sebelumnya Buyung meminta istrinya itu mencium kakinya. "Kata dia, kalau ingin mendapat uang banyak, cium kakinya. Tiga hari setelah itu, katanya, akan mendapat uang banyak," ujar Ebah.

Peristiwa cukup janggal di mata Ebah terjadi pula pada Rabu pagi. Tidak seperti biasanya, Buyung mau sarapan di rumah bersama dua anak kembarnya. Selesai makan, Buyung pun berangkat kerja seperti biasanya.

Namun, pada Rabu malam, Buyung tidak pulang pada sekitar pukul 23.00 seperti biasanya. Pada malam itu, Buyung pun tidak lagi berjalan melalui rel kereta dari Stasiun Rangkasbitung sejauh sekitar 600 meter, dan berjalan kaki di jalan-jalan kecil di sela-sela permukiman warga.

Buyung telah pergi meninggalkan ribuan penumpang kereta yang telah mengenalnya, dua anak kembarnya, istrinya, dan janin dua bulan yang tengah dikandung Ebah. Dia yang lolos dari maut saat terjadi "Tragedi Bintaro" dijemput ajalnya di Rangkasbitung.

***

DUA korban tewas lainnya, masinis KA 930 Adman bin Sumardi (24) dan kondekturnya Sutisna (40), juga pergi nyaris tanpa menunjukkan tanda-tanda tertentu bagi keluarganya. Sebelum meninggal dunia akibat kecelakaan itu, mereka berangkat kerja seperti biasanya.

"Namun, Adman sempat mampir ke rumah saya dan sempat ngomong bahwa keretanya terlambat datang," kata Gunawan (42) yang masih terhitung pamannya. Sebelum pergi, Gunawan yang tinggal di Pasir Bedeng Rangkasbitung itu sempat mengomentari jaket yang dikenakan Adman, karena tidak dikancing seperti biasanya.

"Adman malah bilang, gini aja sudah gagah, sambil berjalan pergi. Itu ucapannya yang terakhir yang saya dengar," kata Gunawan.

Adman, lulusan STM yang menjadi masinis sejak lima tahun lalu, tinggal di rumah kontrakannya di Pasir Dipo yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah Gunawan.

Seorang korban tewas lainnya, Sutisna, menurut seorang pelayat, sempat berpesan kepada keluarganya agar mengurus ayam piaraannya. Pesan itu rupanya pesan terakhir, sebelum dia menghadap Sang Khalik.

Jasad Sutisna dan Buyung dimakamkan keluarganya Kamis kemarin. Sedangkan jasad Adman diberangkatkan pada Kamis pukul 13.00 ke kampung halamannya di Maos, Cilacap, Jawa Tengah, untuk dimakamkan di sana.
(kompas)

atareload mengatakan...

Memang sungguh kisah yang sangat tragis, namun ada hikmah di balik segala musibah. Semoga ini jadi pelajaran pnting buat pt.KAI, , tapi sampai skarang masih banyak kecelakaan kereta api. Kalau begitu apakah KAI gak pernah belajar? (o... Pantesan rapornya banyak merahnya.......,.dah pasti gak naik kelas tu! Hehe...)

btw trimakasih atas kunjunganya., tukeran link yuk,..

mascayo mengatakan...

wah saya cuma tau lagunya iwan fals doang ..
sekarang saya malah tinggal dekat tkp ...

gajah_pesing mengatakan...

saia gak tahu sejarahnya, semoga dengan postingan ini, saia jadi tahu, mengapa semua itu terjadi karena hanya tahu dari lagunya Bang Iwan Fals

donkissotes mengatakan...

ide brilian bro..
jarang ada org mikirain kisah2 lalu..
hanya org2 besar yg msh mau berkaca sejarah spt anda

mahawira mengatakan...

Akhirnya ketemu juga artikel "tragedi bintaro"

Thanks yah mas, bisa tak jadiin referensi nih, btw sumbernya dari mana yah mas?

Thanks by mahawira

joe mengatakan...

sumbernya banyak dari wikipedia, tempo, koran suara pembaruan dll

Anonim mengatakan...

aku mengetahui tragedi ini, hanya dari lagu2nya iwan fals....
sangat tragsi yah..??

munawar am mengatakan...

tragedi ini takdir atau rekayasa? Wallohu A'lam

bunda mengatakan...

saat itu teman saya di TEMPO yg motret dan saya sungguh2 bbrp hari sulit memejamkan mata ingat dgn yg otaknya terburai... hodohhh

joe mengatakan...

berarti bunda dulu jurnalist tempo ya?

Anonim mengatakan...

Sy masih inget,rumah sy dulu ga jauh dari situ (daerah kebayoran),waktu itu saya msh sd klas 4,kejadiannya pagi jam 7-an,Heboooh bgt..Abis kejadian itu banyak cerita2 serem di tempat kejadian..hiiyy..

ervan rulidartono mengatakan...

waktu kejadian gw kelas 1 sma di tebet itu sekitar th 1984, gw biasa naik kereta dr depok ke tebet, pd siang hr gw denger ada tabrakan kereta di bintaro, gw mo kesana tp gak jd karna gw takut lihat di TKP..di poskota,kompas berita2 muncul hingga Iwan Fals membuat lagi dgn judul 1910 alias tragedi bintaro..

Catatan Laci mengatakan...

Sangat menyedihkan, itu sebabnya pembangungan stasiun pondok ranji diperlukan...

baskoro mengatakan...

wah ngeri ya tragedi ini... ada yang kenal sama korban/keluarga korban ga ya? saya tertarik untuk riset tragedi ini... terimakasih buat infonya....
kalau ada info bisa kirim ke email saya kutu42@yahoo.com

Anonim mengatakan...

Ihhh serem... Katanya tempatnya jadi angker ya... karena temen saya pernah mendengar suara aneh di lokasi tersebut

KonsepFotografi mengatakan...

kayaknya dulu ada dokumen film nya?juned jd sosok yg diangkat...ada yg punya filmnya>>

TryzBlo9 mengatakan...

ketika terjadi tragedi berdarah, tanah indonesia memerah, bukan karena cahaya tapi karena darah..

Pemerintah Hanya bisa pasarah, ketika banyak orang berkata inilah takdir indonesia..

KIni kami memilih tuk Bersumpah jika suatu hari nanti tanah kami kembali memerah, maka kami akan berusaha tuk mengubahnya....

Hidup Indonesia..

Unknown mengatakan...

ini dia kisah Mantan masinis kereta tragedi bintaro 1987 di hari tuanya

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5505308

Anonim mengatakan...

just dropping by to say hey

Anonim mengatakan...

It happened again :-(

Anonim mengatakan...

baru tahu klau ada kejadian ini..
ngeri..
semoga yang meninggal diberikan tempat yang indah disyurga..

Unknown mengatakan...

saya lahir tahun 1995, tapi sejak SMP saya memang suka menguak cerita2 misteri dimanapun itu ..
saat saya duduk dibangku sekolah kelas 2 SMP saya mendapat ajakan untuk mengikuti acara indigo dilokasi tragedi tsb ..
betapa sakitnya melihat mereka semua merintih, menangis, menjerit :'(
saya juga melihat seorang paruh baya yg berteriak minta agar kakinya diamputasi untuk menyelamatkannya, tapi na'as dia pun harus menjadi salah satu arwah diantara ratusan arwah dilokasi tsb.
dan beberapa hari lalu saya coba menguak kembali misteri tsb, dan betapa kagetnya saya melihat adanya kecelakaan kembali dilokasi tsb nantinya :'(
karena sebagian arwah disana masih merasa belum tenang dan bingung harus kemana.
semoga itu semua hanyalah penglihatan dibawah kesadaran saya saja aminnnnn ....
kita terus doakan saja saudara2 kita yg menjadi korban tersebut :-)

Anonim mengatakan...

Nonton Bokep HD Jav
Nonton Bokep HD Korea
Nonton Bokep HD Artis Indonesia
Nonton Bokep HD Indonesia
Nonton Bokep HD Pecah Perawan

Anonim mengatakan...

Saya anaknya

Anonim mengatakan...

Saya anaknya

Anonim mengatakan...

Sya bang anaknya

Penajateng mengatakan...

Itulah kenapa kita itu harus selalu mengawali pekerjaan kita dengan doa, supaya senantiasa diberikan kemudahan dan keselamatan penajateng

Chaosregion mengatakan...

oleh karena itu mohon kepada sudara saudara semua untuk selalu menaati peraturan yang ada demi kebaikan bersama by Chaosregion

Chordbarbar mengatakan...

Tragedi yang menguras air mata kususnya keluarga korban, akan lebih baik jika urusan mata mending sulam eyelid jakarta

Anonim mengatakan...

1987 tragedi Bintaro aqu Masi umur 5 tahun.namun merilis dokumentasi berita dn cerita tragedi Bintaro,membuat qu mnjadi pilu dn sedih.s

Tekno Apklite mengatakan...

Berpuluh puluh tahun berlalu, kejadian kecelakaan kereta masih saja terjadi di negeri ini.