Kamis, 04 Juni 2009

Penataran P4 dan Manusia Pancasilais?

Lihatlah mereka yang berada di dalam ruangan itu. Mereka yang duduk rapi, berseragam dan mendengarkan seseorang yang, dia berbicara berapi-api, tentang akhlak dan moral, tentang baik dan buruk, tentang nasionalisme dan setumpuk tebal buku berada di depannya. Sementara orang-orang yang mendengarkan sesekali bertanya, atau membuat catatan kecil tentang sesuatu dan ini itu. Mereka tidak boleh bosan sebab hari masih panjang. Sebab mereka sedang mengikuti Penataran P4.

Sampai di akhir pemerintahan Orde Baru, setiap kali penerimaan siswa baru, dari SD sampai perguruan tinggi, apalagi bagi calon pegawai negeri, ada menu wajib yang harus dilalui. Yaitu penataran P4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam TAP MPR No.II/1978. Ada penataran P4 pola 10 jam sampai 100 jam. Jadwalnya ketat, berlangsung selama 15 hari sejak jam 8 pagi hingga 6 petang. Sekali absen, sudah dianggap gugur dan harus mulai dari awal. Lupa tidak membubuhkan tandatangan dalam buku absen pun, meski orangnya hadir, akan mendapat teguran tertulis.

Materi penataran ini paling tidak merupakan penyampaian pengetahuan mengenai P4, UUD 45 dan GBHN. Juga kebijakan pemerintahan. Atau keberhasilan pembangunan pemerintahan Orde Baru dan bahaya laten komunisme di Indonesia. Atau sudahkah peserta penataran menghafalkan menghafalkan 36 butir Pancasila sekaligus mengamalkannya.

Menurut pemerintah penataran P4 bisa disebut sebagai semacam ‘opstib mental’, semacam persuasi. Sistim demokrasi selalu mengenal persuasion dan coercion, bujukan dan paksaan, yang merupakan dua sayap dari satu ide. Dan penataran P4 inilah merupakan persuasionnya. Dan setelah ditatar, orang jadi lebih tahu tentang Pancasila sudah sesuai dengan Pancasila atau belum selama tindakannya.

Penataran P4 baru bisa disebut berhasil bila setelah ditatar, tingkah-laku peserta sehari-hari sudah satu dalam kata dan perbuatan. Juga membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais. Apa itu manusia Pancasilais? Pancasilais itu setidaknya beriktikad baik, disiplin, sadar memperbaiki nasib rakyat. Pokoknya republikein. Juga penataran P4 bisa mendidik ‘menghormati pendapat orang lain, berusaha mengerti tanpa melukai hati. Dan sabar.’

Jika sudah mengikuti Penataran P4 apalagi menyandang predikat ‘manggala’, kesempurnaan hidup sebagai warga negara yang hidup di bumi Pancasila tercapai. Dan, itu berarti pula tiket untuk menduduki jabatan "basah" di instansi pemerintah. Tak soal apakah sudah mengamalkan butir-butir Pancasila atau belum dalam hidupnya.

192 komentar: