Minggu, 15 Februari 2009

Galatama, Mimpi Menuju Pentas Dunia


Sebagai olahraga rakyat, sejarah sepakbola adalah setua , bahkan lebih tua dari negeri ini. Jauh sebelum PSSI lahir tahun 1920-an, di Indonesia sudah ada perkumpulan-perkumpulan sepakbola yang bertebaran di seluruh penjuru negeri. Seperti di Jakarta terdapat organisasi bernama VIJ, kemudian di Solo ada VVB, di Bandung BIVB, di Yogyakarta PSM,serta di Madiun MVB. Selanjutnya berdiri Jawa Voetbal Bond (JVB) di Solo dan Indonesisch Voetball Bond (IVB) berdiri di Surabaya.

Setelah melalui perbagai pertemuan yang di selenggarakan para tokoh sepakbola seperti Ir. Suratin , E. A. Mangindaan , akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1931 dan berkedudukan di Mataram untuk selanjutnya dipindahkan ke ibu kota.

Kemudian di tahun 1979 PSSI menyelenggarakan kompetisi sepak bola semi-professional, diberi nama Liga Sepak Bola Utama disingkat menjadi Galatama. Resminya Galatama dilahirkan 8 Oktober 1978 dan mulai menggulirkan kompetisinya tahun 1979 diikuti oleh klub-klub profesional dan bersaing dengan Kompetisi Perserikatan yang sudah berjalan sejak 1931.

Galatama tidak dibagi dalam beberapa divisi hanya pada musim 1990 dibagi 2 divisi. Hingga musim kompetisi 1982 PSSI mengizinkan penggunaan pemain asing di pentas Galatama. Ada satu orang pemain asing asal Singapura yang sangat tenar di kompetisi Galatama yaitu Fandi Ahmad yang memperkuat Niac Mitra Surabaya. Bersama Niac Mitra Fandi Ahmad berhasil membawa klubnya menjadi jawara di Galatama. Namun setelah itu Fandi Ahmad harus keluar dari Indonesia karena adanya regulasi larangan penggunaan pemain asing di Galatama.

Galatama semula diikuti hanya delapan klu. Selanjutnya berkembang terus dan meramaikan putaran kompetisi nasonal yang selama itu pelaksanaannya kurang teratur. Namun Galatama menimbulkan masalah baru, kareena klub-klub perserikatan menganggap kehadiran Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan.

Pada awal-awal kompetisi, minat masyarakat bola cukup tinggi sehingga mampu menyedot setiap pertandingan. Namun di tengah-tengah minat yang tinggi itulah, klub-klub Galatama digerogoti pengaturan skor yang dilakukan oleh para petaruh/penjudi. Akibatnya beberapa pemain yang ketahuan kena suap, diajukan ke pengadilan, demikian juga para penyuapnya. Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Terlebih sejak dikeluarkannya pelarangan pemain asing, kemudian adanya kecurigaan main mata antarbeberapa klub, diperparah isu suap. Galatama bukan hanya ditinggalkan penonton, satu per satu klub pesertanya mengundurkan diri.

Tidak hanya itu, wajah sepakbola Indonesia kemudian menjadi semakin beringas. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan wasit, kekurangdewasaan penonton dalam menerima kekalahan dengan mudah dapat menyulut emosi. Kerusuhan demi kerusuhan begitu cepat berubah menjadi amuk. Apalagi hal ini diperparah oleh ketidaktegasan PSSI dalam bersikap pada setiap kasus kerusuhan, sehingga tidak juga menimbulkan efek jera. Akhirnya mimpi-mimpi sepakbola Indonesia menuju pentas dunia, seperti yang dulu dikampanyekan oleh PSSI-pun semakin jauh dari kenyataan.

Menjelang musim kompetisi 1993-1994, tak banyak klub-klub Galatama yang bisa bertahan dari kesulitan finansial. Sungguh berbeda dengan tim-tim asal perserikatan yang masih bisa eksis karena ditopang dana APBD. Untuk menyelamatkan klub-klub Galatama tersebut, PSSI akhirnya melakukan sebuah revolusi dengan membuat sebuah kompetisi baru dengan menggabungkan tim perserikatan dengan Galatama yang dikenal dengan Liga Indonesia pada tahun 1994.

36 komentar:

Senoaji mengatakan...

waaaaa.... sepak bola, yaaa duduk manis aja deh terus nyimak baik2... wkwkwkwkwkwkwkw

deFranco mengatakan...

Ah ternyata masih sekedar mimpi saja bagi Indonesia buat bisa berbicara banyak dipentas dunia...

Anonim mengatakan...

Duhh..kapan ya sepak bola Indonesia bisa masuk pentas dunia seperti awal abad 19 dulu...:-o

Anonim mengatakan...

jadul banged tuh... tapi gua demen tuh..

Anonim mengatakan...

pertamax nich . . .

GO GO GO Football Indonesia

:)

Anonim mengatakan...

bos request donk kisahnya Nike Ardila ..
isinya mantap blognya

Anonim mengatakan...

PERTAMAX....dapat tukeran link hadiahnya
Betul Mas dari sampai sekarang sepakbola sangat digemari tapi hasilnya tidak memuaskan...dulu Vietnam kalau lawan Indonesia nggak pernah menang tapi sekarang Vietnam cakep banget mainnya...ganti Indonesia yang nggak pernah menang.... :)
Jalan luka ...Mas aku minta Linknya

joe mengatakan...

@ bayusmart:
Wah telat tuh...

@ stainly:
Terima kasih telah menghubungi redaksi, permintaan anda akan kami teruskan ke yang bersangkutan.

@ Anton:
Maaf, saat ini belum bisa pasang link Anda Mas. Tapi jangan khawatir, link Anda akan saya pasang di 2 blog saya yang lain ya...

Anonim mengatakan...

Wah, aku jadi teringat masa dulu, taon 1978-an.
Kala itu favoritku, adalah Jayakarta dan Indonesia Muda 78. Jadoel banget ya.

Salam kenal juga, dan makasih udah mampir.

Anonim mengatakan...

gambare keren mas

YAYAN mengatakan...

waduh...

joe mengatakan...

Waduh, kenapa?

Anonim mengatakan...

membaca tulisan disini,membawa kenang saat thn 80an,haha..
dimana masih suka pake celana begy,ingat gak?hahaha

Anonim mengatakan...

Galatama telah melahirkan legenda-legenda bola indonesia; beberapa di antaranya sekarang menjadi coach perserikatan sepak bola di seluruh indonesia

♥ Neng Aia ♥ mengatakan...

wahh jaduuulll!! saya suka bgt yang ber-aroma jadul! salam kenal.. :)

Anonim mengatakan...

wah kerennnn...

kalo ttg fashion jadul ada ga bang?

deady rizky mengatakan...

wakakakak
saya cuman bisa ketawa kok bisa"nya PSSI pengen jadi tuan rumah di tengah" kondisi sepak bola yang carut marut

eniwei
just blogwalking in the night

joe mengatakan...

@ langitjiwa:
Iya, dulu kalau gak pakai celana baggy takut ketinggalan jaman...

@ munawar am:
Betul, di antaranya adalah almarhum Ronny Patinnasarani...

@ aia:
Salam kenal juga

@ casual cutie:
Fashion? Wah ide bagus tuh, saya tak cari bahan dulu ya...

@ orangapatiang:
Betul, mending dananya buat rakyat kecil...

IjoPunkJutee mengatakan...

Fandi Ahmad sekarang pun masih tenar di Indonesia....sebagai pelatih....!!!

Anonim mengatakan...

dulu di solo ada arseto ya?
yang katanya singkatan dari ari sigit suharto? bener gak?

joe mengatakan...

@ IjoPunkJutee:
Iya, sekarang dia melatih Pelita Jaya Purwakarta.

@ suwung:
Betul, tapi Arseto Solo sudah lama bubar, padahal dulu Arseto adalah klub besar...

Anonim mengatakan...

dulu, nonton bola rasanya asyik... sejak ada bonex..tak ada lagi asyiknya. Yang ada seremmm..

Anonim mengatakan...

Ya ya, menikmati tulisannya. kalau sepakbola Indonesia mau maju, bikin lapangan bola yang bagus di setiap kecamata. Kalau uang dihabiskan buat nyewa pemain asing ... susah

Anonim mengatakan...

Moga-moga sepak bola Indonesia semakin baik dimasa yang akan datang....

joe mengatakan...

Yup, untuk memajukan sepakbola Indonesia perlu dukungan dari pemerintah, pemain dan masyarakat dalam hal ini supporter, karena ketiga elemen tersebut saling mendukung dan menentukan

Anonim mengatakan...

saya dulu suka sekali arseto.

Anonim mengatakan...

semangat indonesia..
yang penting semangat dulu..hehhee

salam kenal

joe mengatakan...

Salam kenal juga bung

DavidMIqbal mengatakan...

Dekade Sepak Bola Zaman Dahulu Lebih Hebat dari yg Sekarang y....saya banyak baca di artikel2

riosisemut mengatakan...

Wuaaah...pnggemar futbol ya Mas..?
Asli Pacitan ya?
Katanya Pacitan tuh nggunung yo Mas, bnyk goa ya??
Critain tntng goa dunk Mas

Anonim mengatakan...

gara gara seorang pemain nasioanl BAMBANG NURDIANSYAH nama belakang saya ganti dari Nurdianto menjadi Nurdiansyah hahaha

joe mengatakan...

@ riosisemut:
Wah kalau cerita tentang goa mungkin bukan di sini kaleee...

@ omiyan:
berarti sama-sama jago bola dong...

Unknown mengatakan...

gomen ne,,,,,

ga mudeng bola sama sekali....
mudengnya cuma "klinsi" doang.... n temennya "klinci"...yang kakinya yummy bgt....

joe mengatakan...

Kakiku juga yummy lho...

Mbah Koeng mengatakan...

Ga po Mr...!! Maju terus persepakbolaan Indonesia

arista budiyono mengatakan...

nice post mas