Minggu, 01 Maret 2009
Si Kuncung, Sahabat Anak-Anak
Pada suatu siang di awal tahun 1980 yang cerah. Gadis kecil itu berbinar matanya menyambut Ayah yang baru pulang dari kantor, setelah tak sabar menunggu sejak pulang sekolah tadi. Kemudian bungkusan dari Ayah berpindah tangan, dia segera menyendiri di dalam kamar. Matanya asyik membaca kalimat-kalimat yang ada pada majalah di depannya. Hanya satu jam seluruh isi majalah telah habis dia baca dan dia harus bersabar menunggu hingga bulan berikutnya. Sebab majalah Si Kuncung kesayangannya hanya terbit sekali sebulan.
Si Kuncung adalah majalah anak-anak yang terbit di Jakarta. Kuncung yang legendaris itu banyak bertutur kepada anak-anak dengan mengambil kisah sederhana dari keseharian yang banyak berada di sekitar kita dan membumi. Tapi justru dari kesederhanaan itulah yang malah menjadi kekuatan Majalah Kuncung. Majalah Kuncung banyak mengambil inspirasi dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin tidak akan ditemukan dalam cerita-cerita pada majalah anak-anak masa kini. Tentu saja Si Kuncung bertutur dengan cara pandang anak-anak, yang polos memandang dunia. Ada cerita Mohammad Sobary (M. Sobary) tentang seekor monyet lucu peliharaannya yang mati karena tersengat listrik. Ada juga cerita “Penunggu Hutan Jati” karangan Trim Suteja yang menggambarkan bagaimana anak-anak desa yang mengumpulkan ulat jati untuk digoreng dan kemudian dijadikan lauk makan.
Atau Suyono HR yang bercerita tentang anak-anak yang hidup di daerah Gunung Kidul, yang mengkonsumsi gaplek dan tiwul sebagai menu sehari-hari, mengumpulkan laron di awal musim untuk digoreng, disambal atau dioseng dijadikan lauk lalu dimakan. Laron adalah serangga kecil yang biasa dikonsumi oleh masyarakat Gunung Kidul hingga sekarang di samping juga belalang. Tentu hal-hal seperti itu tidak akan pernah menjadi perhatian bagi anak-anak kota yang mulai dijangkiti konsumerisme yang ditawarkan lewat televisi atau majalah. Sedangkan cerita bersambung “Pasukan Berani Mati”, karangan Riyono Pratikto bercerita tentang sejumlah remaja yang di usia belasan tahun yang memanggul senjata untuk mengusir penjajah di sekitar kawasan Ambarawa, bersetting masa perjuangan yang sungguh menggugah patriotisme.
Dan lembar-lembar tipis majalah Kuncung juga mengajak anak-anak belajar tentang keberagaman suku dan budaya Nusantara. Seperti berkenalan dengan orang Madura yang dalam cerita bersambung "Si Mulus Opelet Tua" karangan Soekanto SA tentang suka dan duka seorang penarik oplet atau orang Flores yang dalam "Berburu Ikan Paus" karangan Ris Therik. Lalu cerita tentang anak Bali dalam buku "Si Reka Anak Bali", dengan anak Minang dalam buku "Si Jamal" atau "Pestol Si Mancil" dan tentu saja dengan anak Betawi dalam "Berandal-berandal Ciliwung" atau "Si Dul Anak Betawi"
Masih banyak penulis-penulis tenar atau yang di kemudian hari menjadi besar yang juga memajang karyanya di majalah Kuncung. Bagi Anda yang di masa kecil suka membaca tentu masih belum lupa dengan nama-nama pengarang seperti K. Usman, Mansur Samin, H.B. Soepiyo, Trim Suteja, Suyono HR, Eddy Herwanto dan bahkan Seto Mulyadi alias Kak Seto yang kini dikenal sebagai Ketua Komnas Anak.
Namun membicarakan majalah Kuncung tentu saja identik dengan Soekanto SA. Soekanto SA adalah salah pelopor sastra anak di negeri, yang punya peran signifikan dalam sejarah sastra anak Indonesia di tahun 1980-an. Soekanto kelahiran Tegal, Jawa Tengah 18 Desember 1930, sudah menekuni karier kepengarangan sejak 1950-an. Karya-karyanya banyak bertebaran di majalah Mimbar Indonesia, Kisah, dan Siasat sebelum kemudian dia dipercaya menjadi redaktur majalah Si Kuncung.
Soekanto dikenal dekat dan mencintai anak-anak. Inspirasi Soekanto biasa datang dari dunia anak dan hal-hal yang kecil. Ada suatu cerita tentang seorang anak perempuan berusia sembilan tahun pada suatu hari datang ke kantor Si Kuncung. Mula-mula anak itu bertanya kapan nomor terbaru Si Kuncung terbit. Lalu ia bercerita tentang ikan-ikan kesayangannya yang menggelepar-gelepar ketika tendangan bola adiknya menerjang akuarium. Anak itu bernama Gustini. Bertemulah ia dengan Pak Kanto, dan dari pertemuan singkat tersebut ia kemudian menulis serial Hari-hari Bersama Gustini.
Lewat sentuhannya cerita anak-anak selain menjadi bernilai sastra tapi juga indah. Ada banyak pesan, pitutur dan nilai-nilai moral yang terendap di dalamnya. Atas dedikasinya pada cerita anak tersebut tahun 2003 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) memberikan apresiasi berupa penghargaan sebagai Tokoh Penulisan Cerita Anak Indonesia kepadanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
41 komentar:
pernah baca juga deh kayanya majalah si kuncung ene, dulu mah masi anak - anak majalahnya klo ndak komik palingan majalah bobo doang...heheheh
aduhhh jadi inget jadulnya jaman dulu...hihihi...layar kaca TV juga mase si unyil yang ngetop :D
Iya, kalau sekarang Unyil sudah pakai laptop!
waw..lagi2 saya terperangah... ini bacaan saya saat kelas 5 & 6 sd... waktu itu harganya 2500 kl ga salah
tapi dah lupa artikel yg mana yang saya suka...tp keknya ada soal2 untuk disini keknya..
wah, kalo komik ini saya belum ngalami mas...tapi saya inget dulu ada tokoh kuncung dan bawuk...nggak tau apa kuncung yang ini sama gak ama kuncung yang diceritakan mas joe...
@ khairuddin syach:
yap, saya waktu itu juga masih SD gitu ...
@ anna fardiana:
kalau Kuncung Bawuk nama tokoh boneka di TVRI tapi kalau Kuncung yang ini nama majalah anak-anak ...
setiap kali singgah di Jakarta Tahun 80-an lampau...Saat guwe masih imut jadi anak SD. yang saya kejar ya...si Kuncung itu, sampai nekad beli satu bundel. Entahlah...itu majalah sepertinya hany satu2nya majalah yang hanya bisa di baca waktu itu hanya itu, padahal kan sebetulnya banyak. dulu saya nggak pernah mikirin siapa pendirinya siapa yang menggagas....tapi dengan adanya tulisanmu saya jadi tahu akhirnya....thanks untuk liputannya Joe!!
haaaa ada kuncung
dulu juga ada unyil, pulung, dan cerita anak2 lainnya.
pulung tuh kubaca dimana ya? lupa
biasanya saya dan temen2 harus antri baca sebab di perpustakaan hanya ada satu. maklum sd di desa
@ pakde:
Karena temanya yang beragam dan merakyat maka Kuncung banyak disukai oleh anak-anak dan dewasa.
Terima kasih kembali pakde!
@ attaya:
coba dingat-ingat dong...
@ abinehanafi:
Gak apa-apa, malah mengajarkan disiplin kepada anak-anak
wah iya, dulu inget, tapi lebih ketarik sama kawanku, bobo dan hai...
jadinya jarang baca si kuncung yang cuma sebulan sekali
dulu waktu kecil bacaan saya majalah Bobo. hihi. kayaknya saya lebih ke generasi taun 90'an kali ya. :)
Sungguh blog menarik dan penuh nostalgia, ingatan saya jadi menerawang ke masa SD dan SMP, ada kenangan yg samar dan jelas dalam ingatan saya. Sempat baca si kuncung tp entah kapan karena ga ngerasa beli. Yang jelas waktu SD di kampung saya blm pernah baca si kuncung..di perpustakaan ga ada di beliin orang tua pun tidak, malum anak kampung...salam kenal mas..
@ suryaden:
memang Kuncung terbitnya sebulan sekali, jadi ya harus sabar gitu ...
@ nenoneno:
90-an awal juga masih tak masukin sini kok...
@ A jazi:
Sama dong, saya juga anak kampung. Bacanya juga tidak rutin...
Salam kenal juga mas....
sumpah....
masa kecilku sangat bahagia sekali
kalo mampir ke blog ini jadi pengen nostalgia
iya kok, masa kecil memang indah... ketika kita masih polos memandang dunia... silahkan mampir kapan saja mas
wah inget lgu ne Mr cilikkanku rambutku di cukur kuncung...!!!
nek aku cilikanku rambutku dicukur mohawk...
Wah, keren blognya...
Mengingatkanku pada Si Kuncung. Bacaan favorit jama SD dulu. Apalagi saya di desa, cari bahan bacaan susahnya....
Wah sama, saya juga dari desa. Tapi tinggal di desa bukan menghalangi untuk maju kan ...
itu kayaknya kusus di jawa aja ya? kalo luar jawa ada majalah kuncung gak ya?
inget bukunya tipis dibandingkan bobo maupun ananda
Wah , si kuncung ini majalah kesayangn saya waktu SD.but udah lupa ceritanya semua hehe
Jadul masih ingat dengan si kuncung kangen pengen baca kuncung
Weleh.jadi ingat bacaan waktu masih kecil nih... :)
wah ternyata majalahnya kuncing isiya gado-gado ya... banyak macemnya,hehehe... Nice..
nice blog.. Thanx for droppin by my blog.. Do keep in touch..
waduw saya gak ngalamin jamanya kuncung ni,
Iya Mas Jaman dulu memang Majalah kuncung sudah top banget...tapi aku belum pernah membacanya...maklum nggak punya duit untuk membelinya...aku baca majalah bobo saja pinjem dan baca di rumah teman yang anaknya orang kaya...hik...hik...hik...jadi inget masa lalu ...:D
Gak apa-apa dong,yang penting kan ikut baca...
wah aq tertarik bangat nih ma ceritanya......
dimana kira2 kita bsa dapatkan bukunya
Majalahnya sudah tidak terbit lagi, tapi kalau antologi ceritanya Soekanto SA anda bisa mendapatkannya di toko buku...
Mengingat masa lalu nih, hehehe
thax telah ngunjungin blog ane
Yoi, sama-sama bro
Mengingatkan masa kecilku hik..hik..hik...thanks
jadi inget jaman dulu :-D
saya dulu pernah punya koleksi bundel si Kuntjung dan dihibahkan di perpustakaan Manokwari saat harus kembali ke Jakarta..
bacaan yg amat menyenangkan.. dan saya paling suka cerita karya Ris Therik
mas Joe.. mas Eddy Herwanto itu kini di mana ya.. dulu dia itu pembimbing saya saat di TEMPO..
TFS ya
Subhanallah, Si Kuncung, majalah favoritku masa SD. Mengingatkan betapa manisnya kenangan bersama almarhum Ayah ...
teringat masa sekolah duluu, favorit saya adalah berandal-berandal tjiliwung dengan si use, utar dan endi...skrg ciliwungnya sdh terpolusi
Itu bacaan favorit saya waktu SD kalo istirahat pasti ke perpustakaan hanya untuk baca si kuncung
mmmm nostalgia...saya membaca si kuncung hasil minjem tetangga yang bapaknya jadi guru....itupun juga majalah bekas...jadi yah gak setiap bulan beli..saya inget ada cerita tentang nasihat nenek-nenek...kayak serial gitu...tapi lupadegh bener apa ga...selain kuncung...baca juga bobo ama komik disney majalah tomtom...bekas lagi...dikasih ama tetangga yang punya rumah disolo...dibaca bareng2 sama teman2...duh.....melayang ke waktu kecul negh
Hem...Kuncung, tempat kami dulu berbagi cerita, dan kisah kepada para sahabat. Salam untuk semua penggemar Kuncung. Eddy Herwanto (ehe1953@gmail.com)
Posting Komentar