Minggu, 14 Desember 2008

Tragedi Mina


Tahun 1990 diwarnai kabar duka dari Mekah. Yaitu tewasnya 1.426 orang jemaah haji akibat saling injak di terowongan Haratul Lisan, Mina. Dari seluruh korban tersebut sebanyak 649 jemaah asal Indonesia menjadi korban insiden maut tersebut. Itu terjadi karena jemaah, baik yang akan pergi melempar jumrah maupun yang pulang, berebutan dari dua arah untuk memasuki satu-satunya terowongan yang menghubungkan tempat jumrah dan Haratul Lisan.

Musibah itu terjadi karena masing-masing ingin mendapatkan yang afdhal atau utama dalam ibadahnya. Sehingga terjadi konsentrasi manusia dalam waktu yang bersamaan. Diawali dengan puluhan hingga ratusan ribu jemaah haji dari berbagai penjuru dunia berjalan lewat terowongan Haratul Lisan. Kekacauan itu segera berubah menjadi tragedi. Mereka berdesakan, berimpitan, dan lalu berguguran.

Lebih dari seribu orang gugur sebagai syuhada. Kebanyakan di antara mereka adalah saudara-saudara kita, yang datang jauh dari belahan dunia lain, Indonesia. Mereka telah berjalan jauh, membayar ongkos perjalanan hampir dua kali lipat dari perjalanan biasa. Mereka telah membayar pajak untuk mendapatkan visa haji dan ongkos-ongkos lain untuk kepuasan ibadah mereka di Tanah Suci.

Peristiwa terjadi karena jemaah haji baik yang akan pergi melempar jumrah maupun yang pulang, berebutan dari dua arah untuk memasuki satu-satunya terowongan yang menghubungkan tempat jumrah dan Haratul Lisan. Puluhan orang telah berjatuhan, tapi dorongan massa seolah tak peduli. Desakan terasa semakin kuat karena massa di belakang tidak tahu apa yang terjadi dan terus merangsek.

Petugas keamanan Arab Saudi tidak memadai tak berdaya. Ribuan anggota jemaah bahkan mulai naik lewat lewat pintu barat, yang seharusnya menjadi pintu keluar. Tak ayal, massa yang terus terdorong akhirnya menginjak-injak tubuh mereka yang telah tersungkur. Sebagian tersandung, lalu terjatuh pula.

Kepanikan semakin menjadi-jadi. Mereka yang di tengah tergencet, sementara yang di pinggir terjepit di pagar dan bahkan terlempar ke lantai bawah ketika pagar jebol. Setelah melayang enam meter ke bawah, mereka menimpa jemaah di lantai satu. Gema basmalah dan takbir "Bismillahi Allahu Akbar" kini bercampur dengan rintihan, teriakan, dan lolongan kesakitan jemaah yang terdesak, tersikut, jatuh, terimpit, tertimpa, dan terinjak jemaah lainnya.

Jemaah haji asal Indonesia yang kebanyakan sudah berusia lanjut dengan kondisi fisik yang memang relatif lebih lemah, akibat terpaan cuaca di Mekah yang kurang bersahabat banyak menjadi korban dalam tragedi tersebut. Keesokan harinya ambulans dan mobil-mobil polisi terlihat sibuk menyingkirkan orang-orang dari lokasi musibah untuk memudahkan upaya penyelamatan. Mayat-mayat bercampur dengan yang masih hidup diangkut ke dalam truk bertumpuk-tumpuk seperti tak terpakai.

Kini, di tengah semua perdebatan tentang siapa yang harus bertanggung jawab, serta iringan derai air mata saudara, anak, istri, teman, dan kerabat di Tanah Air, jenazah para syuhada Mina telah dikebumikan di Ma'la. Di pekuburan khusus jemaah haji di kawasan Jakfariyah, Mekah, Nazaruddin bersama para syuhada Mina lainnya beristirahat dengan tenang. Cita-cita mereka untuk memenuhi panggilan Allah telah terkabul.

9 komentar:

Anonim mengatakan...

halo mas joe. anda suka kenangan ya. gak nyangka lho kalo anda juga dari Pacitan. bagian mana mas?

joe mengatakan...

Salam kenal juga Mas, saya juga dari Pacitan. Kuliah di UNS Solo, dan sekarang kerja di Kediri

Fahmi mengatakan...

mas, yang memberikan nama ku ikut menjadi korban tragedi ini.
Informasi aja neh

joe mengatakan...

Turut berduka cita, semoga diterima di sisi Allah swt, mas. Thanks telah mampir.
Salam

Anonim mengatakan...

aduhh,,
nama saya tragedi besar banget yaa,,
udah gitu hampir terjadi tiap tahunnya lagi,,
jadi sedih dehh,,

Anonim mengatakan...

Walau mereka sakit terdesak dan meninggal insyaAllah mereka yang wafat lebih bahagia dari kita, karena mereka mendapat jaminan syurga, amiiinAllahumma amiin!

Anonim mengatakan...

Mana ada meninggal gitu doang lgs masuk surga.. Ada2 aja dah.. Msk surga kok gampang amat...:(

Anonim mengatakan...

itu mah mati konyol

Rizal Fitra Studio Arch mengatakan...

Sebaiknya sebelum menfonis ketahui dulu masalahnya. Ada 2 sisi yg perlu ditinjau. Yaitu prosedur/syariah dan iman atau hikmah atau hakikat. Tentu hasilnya akan sesuai dgn sisi pandang dst..